DAFTARPUSTAKA Agustiani, H. 2009. Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya Keterampilan Komunikasi Pada Anak. Jurnal Fakultas Psikologi, Vol 2 No 1 Juli 2013. Azwar, Saifuddin. 2012. Sa’diyah, S. 2015. Studi Eksperimen Mengenai Pengaruh Kemampuan Komunikasi Terhadap Kinerja Staff Marketing PT. Agung Alam Anugrah. Tesis
50% found this document useful 2 votes10K views2 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOC, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?50% found this document useful 2 votes10K views2 pagesDaftar Pustaka Teori KomunikasiJump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
DAFTARPUSTAKA Efendy, Onong Uchana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:Remaja Rosda Karya Effendy, Onong Uchjana.2008. Dinamika Metodologi Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta : RajaGrafindo Persada. Rosady, Ruslan. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi.
p> Media presents to be a part of human life. The presence and the development of internet bring a new way of how to communite in social life. Social media presents and changes the communication paradigm in today's society. Communication in social media is not limited by distance, time, and space. It could happen anywhere, anytime, without having a face to face talking. Even social media can negate social status that is often as a barrier in communication. Social media has changed the world. Levels of communication merged into one container called a social media. The rise of many consequences must also be wary of, in the sense of social media opens up the opportunity of each individual involved in it to issue his opinion freely. However, self-control should be shared, in order to have freedom of communication which does not violate ethical boundaries and does not offend others. t tabel atau 2,945 > 2,013 dengan tingkat signifikasi dibawah 0,05 yaitu 0,005. Dengan demikian diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel efektivitas akun TikTok terhadap Pemberitaan media massa. Berdasarkan hasil nilai koefisien determinasi R menunjukkan nilai R sebesar = 15/9% . hal ini menunjukkan bahwa presentase efektivitas akun TikTok menyajikan pemberitaan Media massa di kalangan remaja Desa Bandar Lama Kabupaten Labuhanbatu Utara sebesar 15,9% dan sisanya 84,1% dipengaruhi oleh variabel independent lainnya yang tidak dibahas dalam penelitian NisaNashihinNovelya Aleena RofaniMunawarohSocial Media is a bridge between the community and related agencies, as a place for exchanging information which will later affect the goals or feedback expected by both parties, because knowledge of social media is an urgency that is very much needed in the current era of the industrial revolution where all aspects of the digital twin technology or digital twin technology can create virtual versions of installations, processes and applications that exist in the real world, but this is not supported by the ability of students and female students who tend to be low in the use of technology. This service aims to provide skills and understanding for the students of Idhotun Nasyi'in Islamic Boarding School Sugihwaras Kalitengah to utilize social media as the main guide in processing news and information that aims to advance the Idhotun Nasyi'in Islamic Boarding School as well as a tool to expand the network of introductions about Pondok Idhotun Nasyi'in for the intended target community. This activity uses a contextual approach method, namely providing theoretical material first and followed by sorting out talents and interests belonging to two fields, namely Layouter and Journalism, followed by training related to these two fields. The results of this activity are the students' understanding of the stages of making online news, able to run from news design, news search, news processing and uploading news to social media NailufarThe objectives of this study are 1 What is the strategic role of Instagram soppenginfo in disseminating information in Soppeng Regency? 2 How is the soppenginfo information dissemination system so that it can become a medium of information in Soppeng Regency?. This research lasted for 1 month and is located in Soppeng Regency. The informants in this study were 15 students with different backgrounds and were the people of Soppeng Regency. This research method is a qualitative descriptive research method. Data collection techniques were carried out through in-depth interview techniques. The results of this study found that 1. The _soppenginfo_ account was very helpful for followers in meeting their information needs about events in Soppeng Regency. By conveying information that is easy to understand, _soppenginfo_'s strategy is not only to inform but also to educate and entertain his followers or followers. 2. In the information system, _soppenginfo_ provides information, education and entertainment faster than other media, which they can get right away if they follow the _soppenginfo_ account. With photo and video content flavored with captions so that the people of Soppeng Regency can easily understand and find out what is happening in their area, they can even connect to the rest of the world just by looking at the information published by _soppenginfo_Astinana YuliartiErma AriyaniSouth Kalimantan is one of the regions in Indonesia that has a high vulnerability to fire disasters. The Fire Disaster Management Agency is an agency that has a major role as an early warning system in the process of mitigating fire disasters in South Kalimantan. The purpose of this study was to determine the use of the five elements of communication according to Harold Laswell and information media as a public communication channel carried out by the Regional Disaster Management Agency/ Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD of South Kalimantan. The research method used was a qualitative descriptive approach. The results show that in the process of mitigating fire disasters in South Kalimantan Province, the Regional Disaster Management Agency/ Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD of South Kalimantan Province has carried out a public communication process by implementing all elements of communication and presenting Information Media as a communication channel through direct communication with the community in the area. disaster or using conventional communication channels such as leaflets, disaster pocketbooks as well as mass and digital media communication channels such as radio and social mediaYasraf PiliangAmirPiliang, Yasraf Amir. Dunia Yang Dilipat. Yogyakarta Jalasutra, Yogyakarya Mata Padi PressindoAspikomAspikom, Komunikasi Yogyakarya Mata Padi Pressindo, 2011.
DAFTARPUSTAKA Buku Teks Ardianto, Elvinaro, et al (2015), Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi, Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Berger, Peter L., Thomas Luckmann (2013), Siti Nur (2016), Bingkai Media Terhdapa Berita Mengenai Ahok Dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 (Anlisis Framing Media Terhadap Penyajian Berita Basuki
Abstrak Keterampilan komunikasi interpersonal merupakan kemampuan yang diperlukan dalam upaya membangun relasi dan kemampuan komunikasi dengan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran keterampilan komunikasi interpersonal mahasiswa Universitas Negeri Malang. Gambaran keterampilan tersebut akan dijadikan dasar pembuatan pelatihan atau intervensi pada masalah-masalah yang berhubungan dengan komunikasi interpersonal mahasiswa di Universitas Negeri Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus eksplanatori dengan cara pengumpulan data FGD dan observasi. Partisipan yang direncanakan untuk mengikuti penelitian ini sebanyak 30 orang mahasiswa dari 3 fakultas di Universitas Negeri Malang. Mahasiswa tersebut yang pernah mengalami masalah komunikasi interpersonal baik dengan civitas akademika. Analisis data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan adalah analisis data tematik. Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Guba's trustworthiness for qualitative research. Hasil penelitian ini memperlihatkan mahasiswa universitas negeri malang memiliki 1 ketidakmampuan menterjemahkan isi pesan yang akan dikirim dan diterima, 2 kurang mampu menyesuaikan diri dengan lawan bicara dan konteks komunikasi, 3 adanya keterkaitan kebiasaan lingkungan rumah, sekolah dan fakultas dan hubungan dengan lawan bicara dengan cara berkomunikasi, 4 memiliki kesulitan untuk mengelola emosi dan menyusun kalimat dan 5 memahami etika dan aturan yang ada, namun merasa tidak memerlukan tersebut ketika lawan bicara memahami maksud komunikasi. Kata kunci Keterampilan, Komunikasi Interpersonal, Dewasa awal, civitas akademika. Komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai kemampuan yang menghubungkan manusia sebagai bentuk dari komunikasi verbal. Komunikasi interpersonal juga dapat digunakan untuk membantu membangun hubungan dengan orang lain dalam situasi yang berbeda. Gesture seperti kontak mata, gerakan tubuh dan gerakan tangan juga merupakan bagian dari komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal melibatkan komunikasi tatap mata dengan cara yang sesuai dan bertujuan Knapp and Daly, 2002. Sedangkan Berne dalam Ramaraja 2012 menyatakan bahwa bahasa yang digunakan dalam proses komunikasi interpersonal dapat menggambarkan pola komunikasi, manajemen, kepribadian dan perbuatan. Komunikasi verbal merupakan pusat dari hubungan sosial antar manusia dan menjadi bagian dari kajian psikoanalisis. Oleh karena itu, kecakapan dalam penggunaan Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Keterampilan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa UM Indah Yasminum Suhanti Universitas Negeri Malang Dwi Nikmah Puspitasari Universitas Negeri Malang Rakhmaditya Dewi Noorrizki Universitas Negeri Malang Abstrak Keterampilan komunikasi interpersonal merupakan kemampuan yang diperlukan dalam upaya membangun relasi dan kemampuan komunikasi dengan orang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran keterampilan komunikasi interpersonal mahasiswa Universitas Negeri Malang. Gambaran keterampilan tersebut akan dijadikan dasar pembuatan pelatihan atau intervensi pada masalah – masalah yang berhubungan dengan komunikasi interpersonal mahasiswa di Universitas Negeri Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus eksplanatori dengan cara pengumpulan data FGD dan observasi. Partisipan yang direncanakan untuk mengikuti penelitian ini sebanyak 30 orang mahasiswa dari 3 fakultas di Universitas Negeri Malang. Mahasiswa tersebut yang pernah mengalami masalah komunikasi interpersonal baik dengan civitas akademika. Analisis data yang digunakan untuk mengambil kesimpulan adalah analisis data tematik. Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Guba’s trustworthiness for qualitative research. Hasil penelitian ini memperlihatkan mahasiswa universitas negeri malang memiliki 1 ketidakmampuan menterjemahkan isi pesan yang akan dikirim dan diterima, 2 kurang mampu menyesuaikan diri dengan lawan bicara dan konteks komunikasi, 3 adanya keterkaitan kebiasaan lingkungan rumah, sekolah dan fakultas dan hubungan dengan lawan bicara dengan cara berkomunikasi, 4 memiliki kesulitan untuk mengelola emosi dan menyusun kalimat dan 5 memahami etika dan aturan yang ada, namun merasa tidak memerlukan tersebut ketika lawan bicara memahami maksud komunikasi. Kata kunci Keterampilan, Komunikasi Interpersonal, Dewasa awal, civitas akademika. Komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai kemampuan yang menghubungkan manusia sebagai bentuk dari komunikasi verbal. Komunikasi interpersonal juga dapat digunakan untuk membantu membangun hubungan dengan orang lain dalam situasi yang berbeda. Gesture seperti kontak mata, gerakan tubuh dan gerakan tangan juga merupakan bagian dari komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal melibatkan komunikasi tatap mata dengan cara yang sesuai dan bertujuan Knapp and Daly, 2002. Sedangkan Berne dalam Ramaraja 2012 menyatakan bahwa bahasa yang digunakan dalam proses komunikasi interpersonal dapat menggambarkan pola komunikasi, manajemen, kepribadian dan perbuatan. Komunikasi verbal merupakan pusat dari hubungan sosial antar manusia dan menjadi bagian dari kajian psikoanalisis. Oleh karena itu, kecakapan dalam penggunaan Pola Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Universitas Negeri Malang 80 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 “Perkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososial” Universitas Negeri Malang – 26 Agustus 2018 bahasa dan komunikasi interpersonal dapat membantu individu untuk lebih memahami situasi sosial dan bertindak dan menyelesaikan masalah sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada. Komunikasi interpersonal dapat dibagi menjadi tiga kategori; keterlibatan, kendali/kontrol dan kelekatan. Keterlibatan merupakan kebutuhan untuk mempertahankan kepuasan hubungan dengan orang lain dan memiliki keterlibatan yang cukup serta rasa saling memiliki; kontrol merupakan wujud lain dari kebutuhan untuk mempengaruhi dan menunjukkan adanya kekuatan; serta yang terakhir adalah kelekatan, yang berarti merupakan kebutuhan untuk menjalin persahabatan, kedekatan dan cinta. Setiap individu memiliki kebutuhan interpersonal yang berbeda. Kesadaran akan kebutuhan interpersonal dari individu akan membantu untuk lebih dapat memahami perilaku komunikasi yang mereka miliki Schutz dalam Ramaraja 2012. Rubin et al. dalam Sun Gwen Hullman & Yin Wang, 2011 menyatakan terdapat enam alasan utama individu melakukan komunikasi interpersonal, yakni kontrol, kelekatan, inclusion keterlibatan, relaksasi, melarikan diri dan kesenangan. Kontrol, keterlibatan, dan kelekatan merupakan dorongan utama yang dapat memenuhi kebutuhan ego, hubungan sosial dan kebutuhan akan rasa aman. Relaksasi dan upaya melarikan diri merupakan hal yang dapat mengurangi stres, sedangkan rasa senang berfungsi untuk membangkitkan motif atau dorongan. Dalam komunikasi interpersonal sehari-hari, seorang individu akan dapat mengembangkan beberapa aspek sosial emosionalnya seperti; adanya keterlibatan dengan lawan bicara yang lebih intens sehingga dapat memunculkan kepuasan dalam berhubungan sosial, digunakannya kontrol diri sebagai bagian dari upaya mewujudkan kondisi lingkungan sesuai dengan nilai dan aturan yang berlaku dan juga lahirnya kedekatan yang merujuk pada keharmonisan hubungan antar individu. Komunikasi interpersonal yang efektif akan memberi dampak positif kepada lingkungan dan meminimalisir adanya gesekan dengan aturan formal yang dianut oleh individu lainnya. Komunikasi interpersonal yang efektif dapat dicapai dengan keterampilan komunikasi interpersonal yang baik. Keterampilan komunikasi interpersonal adalah kemampuan untuk melakukan komunikasi secara efektif dengan orang lain Devito, 2013. Keterampilan komunikasi interpersonal berisi tentang pengetahuan tentang aturan – aturan dalam komunikasi non verbal seperti sentuhan, kedekatan fisik, pengetahuan cara berinteraksi sesuai dengan konteks, memperhatikan orang yang berkomunikasi dan memperhatikan volume suara. Aturan – aturan tersebut berisi etika. Etika tersebut merupakan unsur yang harus diperhatikan dalam keterampilan komunikasi interpersonal Devito, 2013. Keterampilan komunikasi interpersonal diperlukan dalam semua jenis komunikasi interpersonal, baik komunikasi langsung maupun tidak langsung. Komunikasi interpersonal tidak langsung adalah komunikasi yang terjadi melalui media, seperti surat, telepon atau online daring. Komunikasi interpersonal tidak langsung dengan media daring adalah pilihan yang paling banyak digunakan saat ini. Mayoritas pengguna komunikasi daring ini adalah generasi Valkenberg dan Jochen 2011 komunikasi daring menarik bagi pemuda karena beberapa faktor yakni; dibandingkan komunikasi tatap muka komunikasi daring meningkatkan pengendalian dari presentasi diri dan keterbukaan diri, individu akan merasa lebih aman, lebih bebas dalam menjalin interaksi interpersonal dari pada berinteraksi langsung dengan tatap muka. Hal ini sangat penting apalagi bagi individu yang merasa malu Indah Yasminum Dwi Nikmah Puspitasari Rakhmaditya Dewi Noorrizki 81 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 “Perkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososial” Universitas Negeri Malang – 26 Agustus 2018 dan memiliki hambatan sosial ketika berkomunikasi secara langsung. Bagian dari komunitas orang muda tersebut adalah mahasiswa. Keterampilan komunikasi interpersonal yang dilakukan mahasiswa dapat dilakukan dengan baik karena mahasiswa memiliki karakteristik mulai berpikir luas dan kompleks, berpikir kritis, mampu menyeimbangkan kognisi dan emosi, menjalin relasi berdasarkan nilai – nilai dan ikatan yang lebih kuat, menghargai perbedaan, mengambil resiko, pengambilan keputusan berdasarkan konsekuensi masa depan dan mempertimbangkan dampak keputusannya bagi orang lain disekitar Simpson, 2010. Dengan karakteristik tersebut, mahasiswa memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan dengan pertimbangan yang matang. Mahasiswa diharapkan mampu mempertimbangkan bagaimana keputusannya berdampak bagi orang lain di lingkungan sekitar, hal ini termasuk cara berkomunikasi interpersonal yang lebih efektif ketika berhubungan dengan orang lain. Pada kenyataannya banyak permasalahan yang muncul terkait dengan cara mahasiswa berkomunikasi interpersonal, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini terkait dengan keterampilan mahasiswa dalam melakukan komunikasi interpersonal. Pengamatan singkat telah menemukan bahwa para pengajar di lingkungan UM mempertanyakan cara mahasiswa berkomunikasi dengan civitas akademika. Mahasiswa memiliki persoalan dengan civitas akademika ketika melakukan komunikasi secara langsung atau melalui pesan tertulis dalam SMS, whatsapp WA dan e-mail kepada civitas akademika yang lain. Mahasiswa terkesan kurang memperhatikan tata bahasa yang benar secara lisan maupun tertulis kepada civitas akademika, seperti dalam penggunaan kalimat yang tidak mengindahkan tata kesopanan sebagaimana yang biasa dilakukan dalam komunikasi formal. Palupi dkk 2016 mengadakan penelitian tentang cara komunikasi mahasiswa di Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang FPPsi. Mereka menemukan bahwa pengajar di FPPsi mengeluh akibat cara berkomunikasi mahasiswa yang dinilai kurang sopan. Bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan tata cara komunikasi yang orang yang lebih tua. Pengajar merasa mahasiswa seperti berkomunikasi dengan teman sebayanya. Hal yang unik muncul ketika Palupi dkk tersebut melakukan pendalaman cara berkomunikasi dengan mahasiswa. Mahasiswa tersebut menyadari bahwa mereka kurang baik dalam hal berkomunikasi. Menurut mahasiswa yang diwawancara oleh Palupi dkk., komunikasi yang kurang sopan adalah komunikasi yang dilakukan melalui media daring, tidak memperhatikan lawan bicara dan cenderung menggunakan bahasa daerah. Hal ini menjadi unik karena, mahasiswa tersebut paham mereka tidak terlalu baik dalam keterampilan komunikasi interpersonal, namun, mereka tetap mengulangi hal tersebut. Permasalahan tentang keterampilan komunikasi interpersonal tersebut tidak hanya dirasakan oleh civitas akademika di FPPsi UM saja, tapi juga di beberapa fakultas yang ada di UM. Hasil diskusi dengan civitas akademika di Fakultas Ilmu Sosial FIS dan Fakultas Ilmu Keolahragaan FIK memperlihatkan adanya keluhan tentang keterampilan komunikasi interpersonal, khususnya melalui media daring. Hal selanjutnya yang terlihat adalah, baik untuk FPPsi, FIS dan FIK, keluhan yang muncul ditujukan pada banyak mahasiswa yang identitasnya sama. Sehingga bisa dilihat bahwa keterampilan komunikasi interpersonal yang buruk tidak terjadi pada semua mahasiswa, tetapi sejumlah mahasiswa lebih dari lima orang. Pola Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Universitas Negeri Malang 82 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 “Perkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososial” Universitas Negeri Malang – 26 Agustus 2018 Permasalahan keterampilan komunikasi interpersonal tersebut, membuat interaksi yang terjadi antara civitas akademika dengan mahasiswa tidak berjalan lancar. Civitas akademika cenderung marah dan menarik diri dari mahasiswa. Keadaan tersebut membuat proses belajar mengajar dan diskusi ilmiah tidak berjalan lancar. Proses belajar mengajar yang tidak berjalan lancar menyebabkan transfer pengetahuan terhambat dan masa studi mahasiswa pun dihambat. Oleh karena itu dirasa perlu untuk mendalami permasalahan tentang keterampilan komunikasi interpersonal mahasiswa di FPPsi, FIS dan FIK UM. Hal yang perlu didalami berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki mahasiswa tentang keterampilan komunikasi interpersonal, penyebab dan faktor yang membuat mereka memiliki masalah dengan keterampilan komunikasi interpersonal. Pendalaman akan diarahkan pada mahasiswa yang diketahui memiliki masalah dalam keterampilan komunikasi interpersonal. Titik pijakan dalam usaha pendalaman tersebut adalah penelitian keterampilan komunikasi interpersonal pada dewasa awal dilakukan oleh Gobler dkk 1999. Mereka melihat bahwa remaja akhir yang memasuki periode dewasa awal memiliki pola komunikasi yang tidak efektif. Pola yang tidak efektif tersebut terlihat dalam bentuk komunikasi yang dilakukan oleh subyek penelitian, yaitu pola berulang tidak fokus pada topik yang sedang didiskusikan, pola berulang untuk mempertahankan pendapat secara kuat, pola berulang untuk tidak mendengarkan pembicaraan dan pola berulang yang lebih menekankan pada konten secara kognitif tetapi tidak mempertimbangkan aspek perasaan dari orang lain. Pola komunikasi ini mengawali usaha untuk mengungkap keterampilan komunikasi interpersonal mahasiswa FPPsi, FIS dan FIK tersebut. Hasil Gobler dkk tersebut akan diperkuat oleh konsep Devito 2013 tentang unsur – unsur yang mempengaruhi keterampilan komunikasi interpersonal. Keterampilan Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal adalah cara manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya. Komunikasi interpersonal mengacu pada pemahaman dan penerapan proses mengirim dan menerima pesan baik verbal dan nonverbal Wilkins, 2015. Komunikasi interpersonal berfokus pada proses interaksi individu daripada konten verbal dari interaksi tersebut. Termasuk dalam proses interaksi tersebut adalah pertukaran pesan baik secara verbal maupun non-verbal, dan pengalaman antar individu dalam berkomunikasi Ramaraju, 2012. Interaksi yang ada dalam komunikasi interpersonal memiliki muatan afeksi. Komunikasi ini merupakan pesan verbal yang diberikan pengirim pesan kepada penerima pesan disertai faktor afeksi yang disadari oleh masing – masing pihak yang berperan aktif dalam proses komunikasi Johnson & Johnson dalam Basuki, 2005, sehingga dapat dilihat adanya aspek pribadi dalam proses komunikasi interpersonal. Aspek pribadi dalam komunikasi interpersonal memudahkan manusia untuk mengenal lebih dalam manusia lain Basuki, 2005. Pengenalan tersebut membuat proses interaksi danemenuhan kebutuhan manusia dapat berjalan dengan baik. Untuk melakukan komunikasi interpersonal yang baik dan efektif, diperlukan keterampilan melakukan melibatkan unsur – unsur pribadi tersebut kedalam komunikasi. Menurut Gardner dalam Suhaimi, dkk, 2014 keterampilan komunikasi interpersonal mengacu pada kemampuan individu untuk berkomunikasi secara kooperatif dalam kelompok, Indah Yasminum Dwi Nikmah Puspitasari Rakhmaditya Dewi Noorrizki 83 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 “Perkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososial” Universitas Negeri Malang – 26 Agustus 2018 baik verbal maupun non-verbal. Seseorang yang memiliki keterampilan komunikasi interpersonal yang efektif akan peka terhadap perasaan dan emosi orang lain di sekelilingnya. Kemampuan ini merupakan ukuran dari kualitas seseorang dalam berkomunikasi interpersonal yang meliputi pengetahuan tentang aturan – aturan dalam komunikasi non verbal, seperti sentuhan dan kedekatan fisik, pengetahuan tentang berinteraksi sesuai konteks, memperhatikan orang yang diajak berkomunikasi, memperhatikan volume suara Devito, 2013. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Komunikasi Interpersonal Banyak penulis yang menulis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi interpersonal. Suranto 2011 menulis tentang sumber, encoding, pesan, saluran, penerima, decoding, respon, gangguan dan konteks komunikasi ruang, waktu, nilai. Ada pula penulis yang memasukkan unsur budaya. Lusa 2009 menulis tentang faktor – faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah latar belakang budaya, ikatan kelompok, harapan, pendidikan, situasi ekologi, penataan ruang, temporal, susunan prilaku, teknologi, faktor sosial, psikososial dan stimulus. Perbedaan budaya, globalisasi, restukturisasi organisasi, pekerja dengan spesialisasi tertentu tertentu, dan perkembangan teknologi berkontribusi dalam keterampilan interpersonal saat ini Ramaraja, 2012. Pada penelitian ini, pijakan awal untuk melihat hal – hal yang mempengaruhi komunikasi interpersonal adalah Devito 2013. Devito menjelaskan unsur-unsur yang terdapat dalam model komunikasi interpersonal, yaitu 1. Pengiriman dan Penerimaan Pesan Dalam proses komunikasi, terdapat proses mengrim dan menerima pesan. Agar komunikasi berjalan lancar, maka individu harus mampu menerjemahkan kembali pesan-pesan yang dikirimkan menjadi ide-ide. Kegagalan komunikasi terjadi ketika pesan-pesan tidak dapat diterima atau diterjamahkan oleh penerima pesan. 2. Kompetensi Kompetensi interpersonal diperlukan dalam proses komunikasi yag bersifat timbal balik. Komptensi interpersonal adalah kemampuan penyesuaian diri dalam berkomunikasi berdasarkan pada konteks interaksi dan berdasarkan pada konteks orang yang menjadi teman berkomunikasi. 3. Pesan Dalam komunikasi pesan harus dikirim dan diterima. Pesan dapat berbentuk suara gambar, aroma atau gabungan dari semuanya. Selama proses komunikasi terjadi pertukaran umpa balik antar komunikator. Berdasarkan penilaian terhadap umpan balik tersebut,komunikator dapat menyesuaikan, menambah, menguatkanatau mengubah isis suatu pesan. 4. Saluran komunikasi Saluran komunikasi adalah perantara ang menjadi jalan untuk penyampaian sebuah pesan. Umumnya dalam komunikasi seorang komunikator memberdayagunakan lebih dari stu saluran secara simultan. Contohnya dalam komunikasi tatap muka, saluran komunikasi terdiri dari saluran suara, visual dan penciuman. 5. Bising Pola Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Universitas Negeri Malang 84 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 “Perkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososial” Universitas Negeri Malang – 26 Agustus 2018 Bising adalah segala sesuatu yang dapat mengganggu pengiriman pesan. Terdapat 3 jenis bising, yaitu bersifat fisik, psikologis, dan semantic. Cara untuk mengurangi bising adalah melalui pemilihan kaimat yang efektif, peningkatan kemampuan meneima maupun mengirim pesan, dan peningkatan kemampuan perseptual, pendengaran dan penerimaan umpan balik. 6. Konteks Konteks memberi pengaruh pada bentuk da nisi komunikasi. Konteks komunikasi sekurangnya memiliki empat diensi, yaitu dimensi fisik, temporal, sosial psikologis, dan budaya. 7. Dampak Setiap proses komunikasi selalu memiliki dampak terhadap individu yang terlibat dalam proses komunikasi. Apabila komunikasi memberidampak pada lingkungan atau konteks, maka dampak itu akan dirasakan pula oleh partisipan. 8. Etika Etika komunikasi adalah kriteria penilaian baik-buruk berkenaan dengan suatu tindakan komunikasi. Dalam komunikasi interpersonal, yang merupakan perwujudan hubungan antar manusia, mensyaratkan dihormatinya prinsip-prinsip yang terkandung dalam etika komunikasi. Etika komunikasi bergantung pada filsafat hidup dan nilai-nilai yang dimiliki individu, selain itu unsur-unsur umum dapat dijadikan patokan etika dalam berkomunikasi. Pemilihan unsur – unsur milik Devito tersebut dikarenakan adanya hal – hal yang selaras dengan keterampilan komunikasi interpersonal. Keselarasan tersebut tampak pada aspek kemampuan yang terdapat pada unsur yang dikemukakan oleh Devito. Kompetensi tersebut meliputi kemampuan penyesuaian diri yang dilakukan oleh pihak – pihak yang berkomunikasi berdasarkan konteks interaksi dan lawan bicara. Unsur ini sesuai dengan definisi keterampilan komunikasi interpersonal yang telah dituliskan pada bagian atas. Selain itu, unsur etika juga selaras dengan fokus keterampilan komunikasi interpersonal tentang aturan – aturan komunikasi. Faktor budaya juga akan dimasukkan sebagai pijakan awal dalam penelitian ini. Budaya merupakan unsur yang ada dalam kehidupan sehari – hari dan berkontribusi dalam proses komunikasi manusia. Perbedaan budaya, globalisasi, restukturisasi organisasi, pekerja dengan spesialisasi tertentu tertentu, dan perkembangan teknologi berkontribusi dalam keterampilan interpersonal saat ini Rajamaraja, 2012. Dewasa Awal Karakteristik Dewasa Awal Masa dewasa awal berkisar antara usia 18-26 tahun. Masa dimana individu meraih kematangan dan perubahan. Masa dewasa awal adalah masa peralihan antara masa remaja dan masa dewasa. Secara fisik perubahan yang terjadi tidak menyolok seperti masa anak-anak atau remaja namun terjadi secara bertahap. Individu mulai mendapatkan berat badan yang stabil. Selain itu tidak ada perubahan fisik yang dramatis terjadi Bonnie dkk, 2015. Indah Yasminum Dwi Nikmah Puspitasari Rakhmaditya Dewi Noorrizki 85 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 “Perkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososial” Universitas Negeri Malang – 26 Agustus 2018 Kognitif dan psikologis pada masa dewasa lebih menjadi fokus dibandingkan dengan perkembangan fisiknya. Secara umum pada masa awal individu akan membutuhkan waktu pertimbangan yang lebih lama untuk memutuskan sesuatu yang sulit, pemberian hadiah sedikit pengaruhnya untuk memunculkan perilaku dibandingkan dengan saat remaja, lebih sensitif terhadap biaya potensial terkait perilakunya, dan dapat mengontrol impuls-impulsnya dengan lebih baik. Pada masa ini individu dewasa awal berkesempatan untuk membentuk peran-peran baru dan tanggung jawab di lingkungan sosialnya Bonnie dkk, 2015. Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dewasa Awal Keterampilan komunikasi interpersonal dewasa awal terkait dengan media komunikasi yang ada saat ini. Masa dewasa awal saat ini erat berkaitan dengan komunikasi melalui media sosial yang terhubung dengan internet. Masalah yang ditemukan terkait dengan fenomena tersebut adalah dalam komunikasi sehari-hari individu cenderung melakukan penyelesaian masalah dengan mengakses sosial media atau pesan singkat sehingga mengurangi komunikasi tatap muka. Dengan kata lain hubungan sosial yang langsung bertatap muka tergantikan oleh cara daring atau melalui media sosial. Menurut Drusesell 2012 keadaan ini menyebabkan tanggung jawab secara personal ketika berhadapan dengan orang lain menjadi berkurang karena melalui media sosial, individu tidak lagi berhadapan secara langsung. Masalah komunikasi lainnya dihadapi oleh dewasa awal di lingkungan pendidikan. Usia dewasa awal adalah usia masuk perguruan tinggi. Di perguruan tinggi, dewasa awal berhadapan dengan proses belajar mengajar yang memerlukan kemampuan komunikasi interpersonal efektif dengan civitas akademika. Seringkali, komunikasi interpersonal tersebut tidak berjalan dengan baik dan efektif. Palupi dkk. 2016 menemukan adanya keluhan dosen FPPsi di UM terhadap cara komunikasi interpersonal mahasiswa dewasa awal. Menurut para dosen, komunikasi yang dilakukan mahasiswa cenderung tidak sopan. Secara langsung dan tidak langsung, hal tersebut mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Ernawati & Tjalla 2009 menemukan adanya hubungan antara prestasi belajar dengan komunikasi belajar. Semakin tinggi prestasi belajar semakin tinggi komunikasi interpersonal. Semakin rendah prestasi belajar, maka semakin rendah komunikasi interpersonal mahasiswa. Studi mengenai keterampilan komunikasi interpersonal telah beberapa kali dilakukan. Penelitian mengenai pola keterampilan komunikasi interpersonal pada remaja akhir dan dewasa awal dilakukan oleh Grobler, Myburgh & Peppenoel 1999. Mereka melakukan penelitian pada individu berusia 17 tahun keatas tentang cara berkomunikasi interpersonal. Tujuan mereka melakukan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data terkait dengan permasalahan komunikasi interpresonal. Berdasarkan data tersebut kemudian mereka akan merancang intervensi yang untuk membantu individu yang mengalami permasalahan komunikasi interpersonal. Grobler dkk tersebut mendapatkan hasil adanya kemunculan pola yang berulang pada hilang fokus pada topik yang sedang didiskusikan, mempertahankan pendapat secara kuat, tidak mendengarkan pembicaraan dan penekanan konten secara kognitif tetapi tidak mempertimbangkan aspek perasaan dari orang lain. Hal ini dilihat oleh Gobler dkk sebagai komunikasi interpersonal yang tidak efektif pada dewasa awal. Gobler dkk kemudian menyarankan untuk meningkatkan kefektifan komunikasi dewasa awal melalui Pola Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Universitas Negeri Malang 86 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 “Perkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososial” Universitas Negeri Malang – 26 Agustus 2018 intervensi. Studi ini merupakan pijakan awal penelitian ini dalam pengumpulan data tentang keterampilan komunikasi interpersonal dewasa muda. Intervensi untuk komunikasi interpersonal dewasa awal didapatkan melalui keterampilan komunikasi interpersonal. Keterampilan ini dapat membantu meningkatkan kefektifan komunikasi interpersonal karena Grobler 1999 menyatakan bahwa kaum remaja dan dewasa awal memiliki kemampuan komunikasi interpersonal apabila diberikan kesempatan dan difasilitasi dengan baik. Uraian diatas memperlihatkan bahwa keterampilan komunikasi interpersonal pada dewasa awal, saat ini, belum dapat meningkatkan kefektifan hubungan komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal yang mereka lakukan memiliki pola yang sama, yaitu tidak fokus pada topik pembicaraan, tidak memperhatikan aspek perasaan lawan bicara, tidak mau mendengarkan lawan bicara dan suka mempertahankan pendapat sendiri. Komunikasi interpersonal yang sangat sering dilakukan oleh masa dewasa awal melalui media daring. Hal ini juga membuat komunikasi yang berjalan tidak efektif karena kurangnya tanggung jawab atas proses komunikasi yang terjadi. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian kualitatif digunkan untuk menggali motif-motif tersembunyi dari perilaku subjek penelitian. Metode penelitian kualitatif yang akan digunakan adalah metode studi kasus . Studi kasus bertujuan untuk memahami dinamika yang terjadi dalam kasus yang menjadi fenomena penelitian Wilig, 2008. Metode studi kasus yang akan digunakan adalah studi kasus eksplanatori, yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk memberikan deskripsi mendalam mengenani fenomena yang menjadi fokus penelitian. Tahapan penelitian Dalam penelitian ini akan dilakukan 4 tahap yaitu 1 Tahapan pertama peneliti melakukan observasi awal mengenai keterampilan komunikasi interpersonal dewasa awal yang berada di lingkungan Universitas Negeri Malang. Hal itu dilakukan untuk memperkuat latar belakang fenomena dan informasi awal mengenani keterampilan komunikasi dewasa awal. Selain itu peneliti juga melakukan pendalaman teoritik yang didapat dari kajian literature dari buku-buku dan jurnal-jurnal ilmiah. Selain itu peneliti juga akan melakukan penyusunan instrument pengumpulan data. 2 Tahap kedua peneliti melakukan proses pengambilan data di lapangan. Pengambilan data akan dilakukan secara bertahap di 9 fakultas yang ada di Universitas Negeri Malang. 3 Tahap ketiga data yang didapatkan dari pengumpulan data akan diorganisasikan dan akan dilakukan analisis data. Analisis data akan diikuti dengan proses triangulasi data untuk menjamin keabsahan data yang didapatkan. 4 Tahap keempat tahap akhir ini akan dilakukan penarikan kesimpulan dari analisis hasil dan penulisan laporan penelitian. Lokasi penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Universitas Negeri Malang. Partisipan penelitian akan diambil dari 3 fakultas yang ada di Universitas Negeri Malang. Teknik pengumpulan data Indah Yasminum Dwi Nikmah Puspitasari Rakhmaditya Dewi Noorrizki 87 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 “Perkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososial” Universitas Negeri Malang – 26 Agustus 2018 Data yang digunakan untuk penelitian merupakan data primer yang akan dikumpulkan menggunakan teknik observasi dan FGD focus group discussion. Karakteristik partisipan yang akan menjadi informan dalam penelitian ini adalah 1 mahasiswa Universitas Negeri Malang angkatan 2014-2017, dan 2 pernah mengalami masalah komunikasi interpersonal dengan civitas akademika. Analisis data Analisis data yang digunakan adalah analisis data tematik. Analisis data tematik adalah analisis yang dilakukan dengan mengelompokkan tema – tema yang muncul pada data kualitatif. Analisis data tematik dapat digunakan untuk model penelitian etnografi, deskriptif, fenomenologi dan studi kasus. Keabsahan Data Keabsahan data adalah sebuah kegiatan untuk melihat keakuratan dan ketetapan sebuah data menggambarkan sebuah aspek atau fenomena. Dalam penelitian kualitatif hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil pengumpulan data yang akurat dan terpercaya. Keabsahan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan Guba’s model for trustworthines Shenton, 2004. Guba memberikan model untuk melakukan evaluasi terhadap penelitian kualitatif, yaitu credibility in preference to internal validity, transferability in preference to external validity/generalisation, dependanbility in preference to reliability dan confirmability in preference to objectivity. Credibility dapat dicapai dengan cara member check, triangulasi dengan sumber partisipan yang berbeda dan observasi lapangan awal. Transferability dapat dilihat melalui pencatatan yang baik untuk mempertahankan deskripsi fenomena dan konteks penelitian. Dependanbility dapat lihat melalui pendalaman terhadap metode penelitian sehingga dapat diulangi oleh peneliti lain dan confirmability dapat dicapai dengan triangulasi, penggunaan matrix data dan pendalaman metode penelitian. Pembahasan dan Kesimpulan Dalam menyajikan hasil penelitian, peneliti menggunakan matriks untuk memperlihatkan rangkuman tema yang muncul dari tiga proses Focus Group Discussion FGD. Setelah itu, tema – tema yang muncul dijelaskan lebih terperinci. Tema – tema yang muncul disesuaikan dengan panduan FGD yang dibuat berdasarkan unsur – unsur keterampilan komunikasi interpersonal De Vito. Tabel 1. Matriks Hasil Penelitian Pengiriman dan penerimaan pesan Kemampuan menterjemahkan kembali pesan yang akan disampaikan / diterima kedalam ide – ide sederhana Tidak mampu menterjemahkan pesan Cukup mampu menterjemahkan pesan Cukup mampu menterjemahkan pesan. Kemampuan menyesuaikan diri dalam interaksi dan berhadapan dengan figure dalam komunikasi Kurang mampu menyesuaikan diri dalam komunikasi Cukup mampu menyesuaikan diri dalam komunikasi Cukup mampu menyesuaikan diri dalam komunikasi Pola Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Universitas Negeri Malang 88 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 “Perkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososial” Universitas Negeri Malang – 26 Agustus 2018 Kemampuan memilih dan menggunakan bentuk pesan dalam komunikasi. Bentuk pesan meliputi suara / lisan, tulisan dan gambar Kurang mampu memilih dan menggunakan bentuk pesan dalam berkomunikasi. Pesan yang sering digunakan adalah tulisan melalui media sosial dengan menggunakan gambar. Tulisan panjang dalam media sosial untuk semua figure menjadi pilihan semua peserta FGD. Pesan lisan melalui telepon menjadi pilihan terakhir jika pesan yang disampaikan dirasa penting untuk diri peserta FGD. Kemampuan memilih dan menggunakan media dalam berkomunikasi Media sosial dipilih untuk melakukan komunikasi dengan semua figure dalam semua konteks interaksi. Media sosial yang selalu digunakan adalah whatsapp, Line dan BBM. Mereka jarang menggunakan email dalam berkomunikasi. Gangguan yang ada dalam komunikasi meliputi fisik, psikologis dan semantik. Kemampuan untuk meminimalisir gangguan tersebut. Peserta FGD memiliki kesulitan untuk menyusun kalimat dan tanda baca baik secara lisan dan tulisan. Peserta FGD juga sering kesulitan untuk mengelola emosi ketika membaca dan mengirim pesan. Gangguan fisik yang sering dirasakan oleh peserta FGD adalah cara komunikasi lisan yang cepat atau lambat. Kemampuan untuk melakukan komunikasi dengan mempertimbangkan dimensi fisik, temporal, sosial psikologis dan budaya Peserta FGD dalam komunikasi mempertimbangkan budaya. Mereka melakukan komunikasi dengan melihat bagaimana cara interaksi yang terjadi di lingkungan fakultas mereka, termasuk tata hubungan dan figur dosen. Hal yang kurang mereka pertimbangkan adalah temporal dan fisik. Kemampuan untuk mengidentifikasi dampak yang akan terjadi pada pengirim dan pemberi pesan. Peserta FGD paham akan dampak yang akan terjadi dari proses komunikasi. Mereka dapat membedakan komunikasi efektif dan tidak efektif. Mereka memilih untuk menggunakan komunikasi yang tidak efektif karena kebiasaan dan kecepatan tujuan mereka tercapai. Kemampuan untuk menggunakan nilai – nilai sopan santun dan moral dalam komunikasi Peserta FGD paham tentang nilai yang perlu diberikan dalam proses komunikasi. Mereka dapat membedakan komunikasi efektif yang beretika. Mereka memilih tidak menggunakan etika karena kebiasaan dan kecepatan tujuan mereka tercapai. Pada matriks diatas terlihat bahwa bahwa peserta FGD paham tentang bentuk komunikasi interpersonal yang efektif. Mereka paham akan dampak yang akan dirasakan oleh penerima dan pengirim pesan dengan bentuk komunikasi yang mereka gunakan. Mereka juga mengetahui bahwa dalam komunikasi, penting untuk memperhatikan sopan santun dan etika. Namun, mereka memiliki kesulitan untuk 1 memahami isi pesan yang diterima dan akan disampaikan, 2 penyesuaian diri terhadap konteks interaksi dan figur, 3 memilih bentuk dan media penyampai pesan yang sesuai. DAFTAR PUSTAKA Committee on Improving the Health, Safety, and Well-Being of Young Adults; Board on Children, Youth, and Families; Institute of Medicine; National Research Council; Bonnie RJ, Stroud C, Breiner H, editors. Investing in the Health and Well-Being of Young Adults. Washington DC National Academies Press US; 2015 Jan 27. 2, Indah Yasminum Dwi Nikmah Puspitasari Rakhmaditya Dewi Noorrizki 89 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 “Perkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososial” Universitas Negeri Malang – 26 Agustus 2018 Young Adults in the 21st Century. Available from Devito, Joseph A. 2013. The Interpersonal Communication Book Pearson Drussel, John. 2012. Social Networking and Interpersonal Communication and Conflict Resolution Skills among College Freshmen. Master of Social Work Clinical Research Papers. Paper 21. Fleming, J. 2004. Erikson’s psychosocial developmental stages. JS Fleming, Psychological Perspectives on Human Development. Grobler, S. 1999. Adolescent interpersonal communication patterns. Curationis, 224, 35-40. Hummert, Mary Lee & Teri A. Garstka, Ellen Bouchard Ryan & Jaye L. Bonnesen. 2004. Handbook of Communication and Aging Research, second edition. The Role of Age Stereotypes in Interpersonal Communication. Lawrence Erlbaum Associate Publishers. New Jersey. Jekielek, S., Brown, B., & Trends, C. 2005. The transition to adulthood Characteristics of young adults ages 18 to 24 in America. The Annie E. Casey Foundation, Population Reference Bureau and Child Trends. Knapp, Mark L. & Daly John Augustine. 2002. Handbook of Interpersonal Communication, Cambridge University Press. New York. Lusa. 2009. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi online. Tersedia di Palupi, Juwita., Hidayat, M. Fajar., Subiyantini, Devi. & Rizky, Putri. 2016. Proceeing Seminar Nasional Psikologi Aktualisasi Potensi Anak Bangsa Menuju Indonesia Emas. Hal. 28 Ramaraja, S. 2012. Psychological Perspectives on Interpersonal of Arts, Science & Commerce, International Refereed Research Journal Issue-42, Page 68-73. Ramaraju., S. 2012. Psychological Perspectives On Interpersonal Communication. Journal of Arts, Science & Commerce, Vol.– III, Issue–42,October 2012[68] Shenton., Andrew K. 2004. Strategies For Ensuring Trustworthiness In Qualitative Research Project. Journal of Education For Information 22 2004 , page 63 -75. IOS Press Simpson, 2010. Young Adult Development, What The Research Tells Us. Parenting Education & Research Massachusetts Institute of Technology. Suhaimi Marzuki, Mustaffa, 2014. The Relationship between Emotional Intelligence and Interpersonal Communication Skills in Disaster Management Context A Proposed Framework. Procedia - Social and Behavioral Sciences 155 2014 110 – 114 Sun, Shaojing., Gwen Hullman & Yin Wang. 2011. Communicating in the Multichannel Age Interpersonal Communication Motivation, Interaction Involvement and Channel Affinity. Journal of Media and Communication Studies pp. 7-15. Suranto, 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta Graha Ilmu Pola Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Universitas Negeri Malang 90 Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis 2018 “Perkembangan Masyarakat Indonesia Terkini Berdasarkan Pendekatan Biopsikososial” Universitas Negeri Malang – 26 Agustus 2018 Valkenburg, Patti M, and Jochen Peter. 2011. Online Communication Among Adolescents An Integrated Model of It’s Attraction, Opportunities, and Risk. Journal of Adolescent Health 48 2011, page 121-127. Wilkins, K. G., Bernstein, B. L., & Bekki, J. M. 2015. Measuring Communication Skills The STEM Interpersonal Communication Skills Assessment Battery. Journal of Engineering Education, 1044, 433-453. Willig, C. 2008. Introducing Qualitative Research in Psychology Second edition. Maidenhead Open University Press ... Kemampuan komunikasi yang baik perlu dilatih agar mahasiswa dapat beradaptasi dengan lingkungan yang majemuk. 10 Penerjunan mahasiswa interprofesi ke masyarakat diharapkan dapat memberikan manfaat tersebut. Pendidikan interprofesional dapat meningkatkan kemampuan kolaborasi serta pengalaman nyata saat terjun ke masyarakat. ...Widyandana WidyandanaTutik KusdaryantiDimas Septian Eko Wahyu Sumunar Gandes RahayuThe Government of Republic of Indonesia launched Healthy Indonesia Program with Family-Centered Approach PIS-PK. This program intended to improve public health in commons beneath the management of public health care. However, it remains challenging for public health care to reach all families in the working area. Active participation from volunteers or cadres to encourage the implementation of this program is required. Gabugan Tourism Village is an educational tourism village in a vision to develop the concept of "healthy tourism village". Determination from the local government to achieve healthy tourism village taken by joining collaboration with Faculty of Medicine, Public Health and Nursing Universitas Gadjah Mada FK-KMK UGM.Together with interprofessional students from the campus, local government arranged training for cadre and assist during program implementation. This study aimed to identify the Healthy Family Index HFI of residents in the Gabugan Tourism Village and evaluate the cadre’s level of knowledge before and after training sessions. This was action research with a quantitative descriptive method. Data collected from August 4th, 2018 to September 7th, 2018. Research subjects were family and health cadres. Sample of 50 families from 100 families population surveyed to discover Healthy Family Index HFI, while cadres were receiving training session related to "healthy tourism villages". Pre-test and post-test followed by cadres during the training session. Survey results analyzed using quantitative descriptive, meanwhile, Wilcoxon tests set to compare pre-test and post-test scores. From 50 families an HFI average of obtained. The highest indicator of healthy family index was access to clean water facilities and the use of healthy latrines. The lowest index found at hypertension patients taking regular medication. The results of pre-test and post-test cadres indicated rising average with value of 3,823 and p = 0,000. Families in Gabugan Tourism Village generally in the healthy group. Training program involving interprofessional students proven to significantly increase the knowledge of health cadres.... Dapat disimpulkan bahwa etika berkomunikasi adalah perilaku manusia yang sesuai moral dan kaidah bahasa dalam berinteraksi dengan manusia lain sehingga memiliki pandangan yang sama tidak menimbulkan kesalahan persepsi terhadap hal yang sedang diperbincangkan. Dalam berkomunikasi agar tidak terjadi perselisihan seseorang perlu mengutamakan aturan dalam berkomunikasi yang dinamakan etika Suhanti, Puspitasari, & Noorrizki, 2018. Etika berkomunikasi diartikan sama dengan etika berbahasa, karena berkaitan dengan bagaimana cara seseorang mengkomunikasikan bahasa kepada lawan bicara Diana, 2016. ...Rizki UndariAchmad Muthali'in Wibowo Heru PrasetiyoPenelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana etika komunikasi siswa dengan siswa, siswa dengan guru, upaya guru memperbaiki etika komunikasi siswa dan hambatan apa yang dialami oleh guru dalam upaya memperbaiki etika komunikasi siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan beragam teknik pengumpulan data, meliputi wawancara, observasi dan dokumentasi. Indikator dalam penelitian ini terbagi atas 2 yaitu etika komunikasi bahasa tulis dan lisan masing-masing indikator memiliki sub-indikator, yaitu bahasa, ketepatan waktu, kerapian pakaian, dan respek terhadap percakapan dengan guru melalui platform video meeting online. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para siswa lebih banyak memilih bahasa non formal karena adanya kesetaraan usia sehingga tidak ada tuntutan menggunakan bahasa baku. Berbeda dengan komunikasi dengan guru, siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baku dan bahasa Jawa kromo. Siswa memiliki kemampuan untuk menyampaikan pertanyaan dengan jelas ketika berkomunikasi dengan guru dan juga sesama rekan sekelas. Siswa ketika menyampaikan pesan kepada rekan tidak terlalu memperhatikan waktu penyampaian. Berbeda ketika dengan guru siswa masih memperhitungkan waktu yang tepat jika berkomunikasi dengan guru kecuali keadaan mendesak. Tidak ada upaya dan hambatan yang dialami oleh guru ketika berupaya memperbaiki etika komunikasi siswa. Guru beranggapan bahwa etika komunikasi siswa sudah baik dan tidak melanggar kaidah etika dan kebahasaan. Etika komunikasi bahasa lisan siswa dianggap sudah cukup baik hanya perlu upaya lebih ketat untuk mendisiplinkan agar siswa mau mengaktifkan kamera on camera.... Ada enam aspek yang dinilai pada keterampilan komunikasi yaitu pengorganisasian presentasi, penyampaian isi materi, sikap cara dan ekspresi tubuh dalam menyampaikan materi, kejelasan suara saat presentasi, efisiensi waktu, dan menanggapi pertanyaan audiens Oktaviani & Nugroho, 2015. Lalu, Suhanti et al. 2018 menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal terbagi menjadi menjadi tiga kategori yaitu keterlibatan rasa atau kebutuhan untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain, kendali atau kontrol wujud lain dari kebutuhan untuk mempengaruhi dan menunjukkan adanya kekuatan, dan kelekatan kebutuhan untuk menjalin persahabatan, kedekatan dan cinta. ...Vella Anggresta Rendika VhaleryThe changes of curriculum affect all learning aspects including students. It changes the students’ communication skill, and it can be a problem. To overcome that problem, cooperative learning model is considered to be a solution because this model has many types of strategies such as think pair share TPS and send greetings and questions SGQ. The aims of this study were to investigate the effect of TPS and SGQ implementation toward students’ communicative skills, and to find out the differences of students’ communication skill after learning through TPS and SGQ. This study was a comparative and experimental research. The population was students of Indraprasta University into two classes1st class consisted of 20 students and the 2nd class consisted of 24 students. The data were attained by using questionnaire for communication skills, observation sheet for the implementation of TPS and SGQ cooperative learning model, and documentation for mid and final test. The result showed that 1 there was a significant effect of TPS implementation toward students’ communication skills; 2 there was a significant effect of SGQ implementation toward students’ communication skills; and 3 there was no difference of students’ communication skills between the implementation of TPS and SGQ cooperative learning KumalahayatiKiayati YusriyahGood interpersonal communication between teachers and students in the learning process is very necessary for the smooth running of effective learning, after the implementation of restrictions in the Covid19 era made schools implement blended learning so that the use of Microsoft Teams was used by schools as LMS to help teachers and students. students in the learning process. The purpose of this study is to determine the interpersonal communication of teachers and students in the use of Microsoft Teams, the supporting factors and barriers to interpersonal communication and how effective interpersonal communication is between teachers and students in the blended learning process of Senior High Schools in Bekasi City. The research method used is descriptive qualitative with a case study approach. Data was collected through observation, documentation, and interviews. The results show that interpersonal communication between teachers and students has been running quite effectively with the use of Microsoft Teams as a learning medium that helps teachers and students to be able to connect to online learning in the Covid19 pandemic era. There is openness, empathy, supportive attitude, positive attitude, and equality shown by teachers and students so that there is effectiveness of interpersonal purpose of this paper is to explain the relationship between emotional intelligence and interpersonal communication skills in the context of disaster management in Malaysia and to provide a conceptual framework for the future research. This paper also discusses some previous studies on emotional intelligence, interpersonal communication skills and disaster management in Malaysia that constitute the building of the conceptual framework. The main aim of the framework is to outline the relationship between emotional intelligence and interpersonal communication skills in Malaysian disaster management context. Andrew K. ShentonAlthough many critics are reluctant to accept the trustworthiness of qualitative research, frameworks for ensuring rigour in this form of work have been in existence for many years. Guba's constructs, in particular, have won considerable favour and form the focus of this paper. Here researchers seek to satisfy four criteria. In addressing credibility, investigators attempt to demonstrate that a true picture of the phenomenon under scrutiny is being presented. To allow transferability, they provide sufficient detail of the context of the fieldwork for a reader to be able to decide whether the prevailing environment is similar to another situation with which he or she is familiar and whether the findings can justifiably be applied to the other setting. The meeting of the dependability criterion is difficult in qualitative work, although researchers should at least strive to enable a future investigator to repeat the study. Finally, to achieve confirmability, researchers must take steps to demonstrate that findings emerge from the data and not their own predispositions. The paper concludes by suggesting that it is the responsibility of research methods teachers to ensure that this or a comparable model for ensuring trustworthiness is followed by students undertaking a qualitative BonnieC. StroudH. BreinerYoung adulthood - ages approximately 18 to 26 - is a critical period of development with long-lasting implications for a person's economic security, health and well-being. Young adults are key contributors to the nation's workforce and military services and, since many are parents, to the healthy development of the next generation. Although 'millennials' have received attention in the popular media in recent years, young adults are too rarely treated as a distinct population in policy, programs, and research. Instead, they are often grouped with adolescents or, more often, with all adults. Currently, the nation is experiencing economic restructuring, widening inequality, a rapidly rising ratio of older adults, and an increasingly diverse population. The possible transformative effects of these features make focus on young adults especially important. A systematic approach to understanding and responding to the unique circumstances and needs of today's young adults can help to pave the way to a more productive and equitable tomorrow for young adults in particular and our society at large. Investing in The Health and Well-Being of Young Adults describes what is meant by the term young adulthood, who young adults are, what they are doing, and what they need. This study recommends actions that nonprofit programs and federal, state, and local agencies can take to help young adults make a successful transition from adolescence to adulthood. According to this report, young adults should be considered as a separate group from adolescents and older adults. Investing in The Health and Well-Being of Young Adults makes the case that increased efforts to improve high school and college graduate rates and education and workforce development systems that are more closely tied to high-demand economic sectors will help this age group achieve greater opportunity and success. The report also discusses the health status of young adults and makes recommendations to develop evidence-based practices for young adults for medical and behavioral health, including preventions. What happens during the young adult years has profound implications for the rest of the life course, and the stability and progress of society at large depends on how any cohort of young adults fares as a whole. Investing in The Health and Well-Being of Young Adults will provide a roadmap to improving outcomes for this age group as they transition from adolescence to adulthood. © 2015 by the National Academy of Sciences. All rights Effective interpersonal communication skills in the advisor-advisee relationship context are important to the success of graduate students. Few instruments have previously been developed to assess students' communication skills in this study reports the development and validation of the Science, Technology, Engineering, and Math Interpersonal Communication Skills Assessment Battery STEM ICSAB for women doctoral students in engineering, mathematics, computer sciences, and the physical sciences. The STEM ICSAB consists of three instruments the Interpersonal Communication Knowledge Assessment, Interpersonal Communication Coping Self-Efficacy Assessment, and the Interpersonal Communication Skills The STEM ICSAB was developed in three stages. Stage I consisted of item generation and establishment of content validity. In Stage II, an exploratory analysis with a convenience sample of undergraduate and graduate students determined the initial factor structure of each instrument. In Stage III, a confirmatory factor analysis with a sample of women doctoral students further examined the factor structures derived from Stage Knowledge assessment has 20 items, the Coping Self-Efficacy assessment has 12 items, and the Skills assessment has five items. All three measures fit a unidimensional factor structure and demonstrate moderate to high internal This study provides initial support for the psychometric properties of the STEM ICSAB. Use of the STEM ICSAB will improve opportunities for women doctoral students to learn, practice, and improve critical interpersonal communication far outnumber adults in their use of e-communication technologies, such as instant messaging and social network sites. In this article, we present an integrative model that helps us to understand both the appeal of these technologies and their risks and opportunities for the psychosocial development of adolescents. We first outline how the three features anonymity, asynchronicity, and accessibility of online communication stimulate controllability of online self-presentation and self-disclosure among adolescents. We then review research on the risks and opportunities of online self-presentation and self-disclosure for the three components of adolescents' psychosocial development, including identity self-unity, self-esteem, intimacy relationship formation, friendship quality, cyberbullying, and sexuality sexual self-exploration, unwanted sexual solicitation. Existing research suggests several opportunities of online communication, such as enhanced self-esteem, relationship formation, friendship quality, and sexual self-exploration. It also yields evidence of several risks, including cyberbullying and unwanted sexual solicitation. We discuss the shortcomings of existing research, the possibilities for future research, and the implications for educators and health care are admitted to psychiatric wards presenting with psychiatric problems which are essentially secondary to problematic interpersonal relationships. Successful interpersonal relationships however depend on effective interpersonal communication. Therefore the aim of research on adolescent interpersonal communication was to explore and describe the interpersonal communication patterns of adolescents and to develop an interpersonal communication skills approach to facilitate adolescent interpersonal communication skills within a training programme for adolescents. In this article however attention will be given to the description of the interpersonal communication patterns of adolescents. The target population of the research was 17 year old adolescents. The research consisted of a pre-phase where two contextual scenarios were formulated within group discussions with adolescents. During phase one of the research these scenarios were used to obtain video taped role plays from pairs of adolescents of the target population which were transcribed for data gathering purposes. Written dialogues were also obtained from each pair of adolescents on the same scenarios used for triangulation purposes. During phase two of the research the data was analysed according to Tesch's method and a literature control was done to verify the results. Guba's model for the trustworthiness of qualitative research was used. Four recurrent interpersonal communication patterns were identified, namely Recurrent patterns of defocusing and externalizing the topic under discussion; Recurrent patterns of struggling for power; Recurrent patterns of not listening; and Recurrent patterns of focusing only on cognitive contents of messages and not on feelings. The research showed that adolescents have ineffective interpersonal communication patterns. Recommendations were made to facilitate adolescent interpersonal communication within an interpersonal communication skills approach. memahami isi pesan yang diterima dan akan disampaikanMereka NamunMemiliki KesulitanUntukNamun, mereka memiliki kesulitan untuk 1 memahami isi pesan yang diterima dan akan disampaikan, 2 penyesuaian diri terhadap konteks interaksi dan figur, 3 memilih bentuk dan media penyampai pesan yang Interpersonal Communication Book EdJoseph A DevitoDevito, Joseph A. 2013. The Interpersonal Communication Book PearsonSocial Networking and Interpersonal Communication and Conflict Resolution Skills among College Freshmen. Master of Social Work Clinical Research PapersJohn DrusselDrussel, John. 2012. Social Networking and Interpersonal Communication and Conflict Resolution Skills among College Freshmen. Master of Social Work Clinical Research Papers. Paper 21.
Teknologikomunikasi memilliki tiga fungsi utama yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: (1) Teknologi berfungsi sebagai alat (tools). Dalam hal ini, teknologi komunikasi digunakan sebagai alat bantu bagi pengguna (user) atau siswa untuk membantu pembelajaran, misalnya dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat desain grafis
Makalah ini mencoba mendeskripsikan apa itu ilmu komunikasi. Dimulai dari pertanyaan tentang komunikasi, diteruskan dengan uraian-uraian mengenai definisi dari para pakar. Kemudian dilanjutkan dengan fungsi komunikasi dalam kehidupan manisia. kemudian dikupas mengenai bentuk komunikasi verbal dan komunikasi bukan verbal. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Muhammad Takari, 2019. “Memahami Ilmu Komunikasi.” Tanjungbalai Asahan Dirjen Imigrasi 0 MEMAHAMI ILMU KOMUNIKASI MAKALAH Drs. Muhammad Takari, Dosen Pengajian Media dan Komunikasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara TANJUNGBALAI ASAHAN 5 MARET 2019 Muhammad Takari, 2019. “Memahami Ilmu Komunikasi.” Tanjungbalai Asahan Dirjen Imigrasi 1 MEMAHAMI ILMU KOMUNIKASI Drs. Muhammad Takari, Dosen Pengajian Media dan Komunikasi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Apa itu Komunikasi? Istilah komunikasi berasal dari kata communication dalam bahasa Inggris, yang berasal dari bahasa Latin communis, yang secara harfiah membawa maksud yang sama. Aktivitas komunikasi sebenarnya adalah mencari satu kesamaan antara seorang dengan seorang yang lainnya. Seseorang mencoba menimbulkan apa yang ada di dalam diri dan mencari kesamaan dengan diri orang lain, yang terlibat dalam proses komunikasi. Gagasan, kepercayaan, nilai-nilai sosial, dan lainnya, dilafalkan kepada orang lain dengan tujuan mencari kesamaan Ensiklopedia Malaysiana, 1996202. Menurut Gordon dalam Encyclopaedia Britanica 2007, komunikasi adalah the exchange of meanings between individuals through a common system of symbols, artinya adalah pertukaran makna-makna antara individu melalui sebuah sistem umum yang berbentuk simbol-simbol. Dalam Wikipedia Indonesia 2007 dikonsepkan bahwa komunikasi ialah proses pemindahan informasi melalui sistem simbol yang sama. Komunikasi juga salah satu disiplin akademik. Definisi komunikasi ialah “suatu proses perpindahan informasi, perasaan, ide, dan pikiran seseorang individu kepada individu atau sekelompok individu yang lain.” Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata lisan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, maka komunikasi masih bisa dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan atau menunjukkan sikap tertentu. Misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, dan mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa bukan lisan atau bahasa isyarat. Seterusnya komunikasi ini memiliki bentuk. Manusia berkomunikasi untuk saling memberikan pengetahuan dan pengalaman. Bentuk biasa komunikasi manusia ialah percakapan, bahasa isyarat, penulisan, sikap, dan broadcasting aktivitas dalam dunia radio. Komunikasi bisa berbentuk interaktif, transaktif, disengaja atau tidak disengaja. Ia juga bisa jadi komunikasi lisan, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut. Menurut Frank 1970201-210 komponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa berlangsung dengan baik. Komponen-komponen tersebut antara lain seperti yang dijelaskan berikut. a Pengirim atau komunikator sender adalah pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain. b Penerima atau komunikate receiver adalah pihak yang menerima pesan dari pihak lain. c Pesan message adalah isi atau maksud yang akan disampaikan oleh satu pihak kepada pihak lain. d Tindak balas feedback adalah tanggapan dari penerimaan pesan atas isi yang disampaikannya. Proses komunikasi secara ringkas adalah sebagai berikut. a Komunikator sender yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. b Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun melalui simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak. c Pesan message itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telefon, surat, e-mail,1 atau media lainnya. d Komunikan receiver menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi 1Setelah ditemukannya teknologi komputer dan internet, maka manusia di dunia sudah mulai mengirim surat sesama mereka melalui dunia maya ini. Pertama, seseorang membuka e-mail electronic mail atau surat elektronik dengan cara-cara tertentu, seperti mengetik nama dan kata kunci password. Selepas itu, ia dapat menulis surat elektronik dan mengirimkan kepada rakan e-mailnya di seluruh dunia. Beberapa perusahaan internet dunia menyediakan ruang untuk pengguna e-mail, sama ada yang bebas biaya mahupun yang meminta biaya. Di antara perusahaan itu adalah yahoo, msn, gmail, atau juga kini bermunculan berbagai instansi yang bisa membuat e-mail sendiri. Perkembangan di dunia maya ini, telah pula menyediakan perangkat-perangkat yang bisa membuat laman web atau blog web. Sehingga dengan mudah setiap pengguna internet bisa melihat laman-laman web di seluruh dunia, dengan menggunakan enjin pencari laman web seperti google. Muhammad Takari, 2019. “Memahami Ilmu Komunikasi.” Tanjungbalai Asahan Dirjen Imigrasi 2 pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti kedua pihak. e Komunikan memberikan tindak balas feedback atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim. Selain itu, menurut Kamus Ensiklopedia, arti komunikasi ialah perhubungan antara makhluk dengan makhluk — atau manusia dengan manusia secara langsung atau dengan menggunakan perantaraan Kamus Ensiklopedia, 1997469-470. Makhluk yang dimaksud oleh kamus ini adalah hewan dengan berbagai spesiesnya. Dalam konteks sejarah Islam, manusia memang bisa berkomunikasi dengan manusia, itupun terikat oleh bahasa yang sama, atau seorang manusia akan bisa berkomunikasi dengan manusia atau kumpulan manusia lain, jika ia dapat melakukan aktivitas verbal dalam bahasa yang sama. Selain itu manusia juga bisa berkomunikasi dengan hewan atau makhluk-makhluk ghaib ciptaan Allah, seperti malaikat, jin, syaitan dan lainnya. Contoh manusia yang bisa berkomunikasi dengan hewan dan jin adalah Nabi Sulaiman. Rasulullah Muhammad SAW juga bisa berkomunikasi dengan malaikat dan juga iblis. Lebih jauh lagi, komunikasi bisa didefinisikan sebagai aktivitas bersimbol — yaitu baik individu maupun kelompok yang terlibat menginterpretasi menafsirkan dan mempengaruhi dunia sosialnya. Di sisi lain, komunikasi juga dianggap sebagai satu perkongsian informasi dan makna antara dua orang atau lebih. Secara umum, komunikasi ialah proses penghantaran, penerimaan dan pertukaran informasi, pendapat atau ide melalui tulisan, percakapan atau imaji visual atau mana-mana kombinasi ketiga-tiga unsur tersebut — agar bahan yang dikomunikasikan difahami dengan jelas oleh mereka yang terlibat dalam komunikasi itu Abdullah, 19988-9. Biasanya manusia melakukan interaksi sesama mereka. Contohnya antara satu kelompok dengan kelompok yang lain atau antara satu organisasi dengan organisasi yang lain pula. Mereka berhubungan melaui pengiriman dan penerimaan pesan secara lisan ataupun bukan lisan. Lazimnya bahan dasar dalam komunikasi ialah pesan yang berbentuk lisan dan juga bukan lisan. Pada saat dua orang atau lebih terlibat dalam proses penerimaan dan pengiriman pesan, mereka menanggap dan kemudian menafsirkan pesan itu. Jika seandainya mereka berhasil dan mendapat suatu terjemahan yang sekata atau sama dalam perkongsian maknanya, ini bererti satu proses komunikasi yang berkesan telah berlaku. Atau dengan kata lain, pesan yang hendak disampaikan kepada penerima itu telah dapat diterima, dianalisis dan dipahami oleh penerimanya serta dia juga berjaya memberikan balasan, makna yang sekata, kepada pengirimnya. Manusia berkomunikasi tidak saja menggunakan bahasa lisan dan tulisan, tetapi juga dengan isyarat dalam bentuk gerak-gerik badan dan kelakuan. Mimik muka, senyum dan ketawa, gerak tangan, gerak bahu, kepala, termasuk perubahan roman muka semuanya mengandung makna dan menjadi cara berkomunikasi, menyampaikan maksud, idea, informasi dan perasaan Idid, 19788. Bentuk komunikasi seperti ini sering disebut komunikasi bukan lisan atau nonverbal. Komunikasi manusia telah mulai diberi perhatian oleh sarjana sejak dimulainya penelitian intelektual. Salah satu analisis awal tentang keadaan alamiah serta kepentingan komunikasi dalam kehidupan telah diterbitkan oleh John Locke pada tahun 1960. Dalam teorinya, Locke menggambarkan hubungan antara perkataan makna tersirat dan peranan bahasa sebagai asas pikiran masyarakat. Menurut Locke dalam pikiran kita terdapat kaitan langsung dengan bahasa. Tuhan bukan saja menciptakan manusia menjadi makhluk sosial yang mempunyai kecenderungan untuk bersahabat sesama manusia, tetapi manusia juga dilengkapi dengan bahasa. Bahasa menjadi alat penting dan pengikat umum masyarakat. Manusia secara alamiah dilengkapi dengan organ yang begitu sesuai untuk merangkai bunyi yang dikeluarkan yaitu kata-kata. Namun bunyi ini saja tidak cukup untuk menghasilkan bahasa, burung tiung dan beberapa jenis burung lain juga mengeluarkan bunyi, tetapi belum bisa menghasilkan bahasa. Selain dari menghasilkan bunyi, adalah perlu bagi seseorang menggunakan bunyi ini sebagai isyarat gambaran dalam dan menjadikannya sebagai gambaran ide di dalam pikiran, yang mungkin diketahui oleh orang lain dan Muhammad Takari, 2019. “Memahami Ilmu Komunikasi.” Tanjungbalai Asahan Dirjen Imigrasi 3 pandangan seseorang itu dapat disalurkan dari seorang kepada orang lain Locke, 1975402. Komunikasi bisa digunakan untuk membebaskan, mengungkung, menciptakan, memusnahkan, memperbaiki kualitas kehidupan di dunia dan untuk melenyapkannya. Komunikasi adalah proses mendefinisikan diri dan juga cara kita mengenali diri. Komunikasi dapat membuat kita mengenal orang lain dan dikenali oleh mereka. Komunikasi mendorong manusia untuk hidup secara berkelompok, alat kerjasama, dan penyelarasan sosial yang universal. Komunikasi adalah faktor penting dalam mencapai keberhasilan ekonomi dan pekerjaan. Komunikasi memberdayakan kita memerintah diri kita dan menjalankan tanggung jawab. Dengannya kita dapat menyampaikan informasi dari seseorang kepada yang lain dan dari generasi kepada generasi lain. Inilah ciri yang paling membedakan kita dari makhluk lain di dunia McAuley, 19922. Menurut De Fleur 1988157 komunikasi manusia dan kesan tingkah lakunya telah dikaji dalam berbagai bidang. Hasil penelitian disiplin ilmu telah membantu kita menyimpulkan bahwa komunikasi manusia harus ditinjau berdasarkan lima perspektif 1 komunikasi adalah proses semantik, yang bergantung kepada simbol dan peraturan yang digunakan untuk dipilih oleh komunitas bahasa berkenaan; 2 komunikasi adalah proses neurobiologi melalui makna-makna untuk sesuatu simbol tertentu direkam dalam fungsi ingatan individu, oleh karena itu sistem syaraf memainkan peranan penting menyimpan dan memulihkan pengalaman makna internal; 3 komunikasi adalah proses psikologi, makna perkataan dan simbol kepada seseorang individu diperoleh melalui pembelajaran. Makna demikian memainkan peranan penting untuk menganggap dunia dan memberi gerak balasan; 4 komunikasi manusia adalah proses budaya, bahasa merupakan satu set konvensi budaya, bahasa dalam masyarakat di dunia ini adalah suatu kumpulan sikap, tingkah laku, simbol, dan persiapan bersama atau penafsiran yang disetujui bersama; 5 komunikasi adalah proses sosial, ia adalah cara utama manusia berinteraksi dengan lebih bermakna. Terdapat tiga unsur penting dalam perlakuan komunikasi. Tiga unsur itu adalah komunikator penutur, pesan serta penerima, dan tujuan komunikasi. Tujuan ini lebih bersifat untuk mempengaruhi atau menunjuk khalayak dengan cara yang dianggap sesuai oleh komunikator. Minat dalam komunikasi bisa dirangsang oleh kemajuan dalam sains dan teknologi, yang secara alamiah akan mengakibatkan usaha-usaha komunikasi dalam kebudayaan manusia. Di antara contoh awal dan sangat dramatis adalah penemuan teknologi di bidang telegraf dan telefon, yang kemudian diikuti oleh teknologi radio wireless nirkabel dan telefoto. Begitu pula perkembangan surat kabar populer dan periodik, radio, gambar bergerak dan televisi, serta berbagai inovasi kebudayaan yang akhirnya memajukan secara efisien dan memberikan pengaruh densitas komunikasi antara sekumpulan kecil individu dan populasi yang besar. Media ini merespons pertumbuhan dan kekuatan sosial terhadap sebuah fenomena baru yaitu komunikasi massa. Bahkan masa kini di dua dasawarsa awal milenium, ditandai dengan munculnya Revolusi Industri yang ditandai dengan semakin masifnya penggunaan internet bagi kepntingan manusia, yang menggantikan pekerjaan manual manusia. Demikian pula di bidang komunikasi dan informasi. Sejak dekade 1920-an pertumbuhan teknologi komunikasi telah menarik perhatian para spesialis yang berusaha memisahkan komunikasi sebagai sebuah bidang kajian sendiri. Para psikolog, dalam konteks kajian perilaku dan pikiran manusia, telah mengembangkan konsep-konsep komunikasi yang digunakan untuk investigasinya, begitu pula dengan bentuk-bentuk terapinya. Para ilmuwan sosial mengidentifikasikan berbagai bentuk komunikasi melalui mitos,2 gaya hidup, dan lebih jauh lagi tradisi-tradisi yang dilalui dari satu generasi ke generasi 2Mitos myth adala bahagian dari folklor cerita rakyat. Dari bentuk atau genre folklor, yang paling banyak diteliti para ahli folklor adalah ceritera prosa rakyat. Menurut William R. Bascom, cerita prosa rakyat dapt dibagi ke dalam tiga golongan besar, yaitu 1 mite myth, 2 legenda legend dan 3 dongeng folktale. Mitos adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya ceritera. Mite ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan seperti kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau. Legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci—namun legenda ditokohi oleh manusia, meski kadangkala memiliki sifat-sifat luar biasa, dan sering juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Tempat terjadinya adalah di dunia seperti yang kita kenal sekarang, waktu terjadinya belum begitu lama. Dogeng pula Muhammad Takari, 2019. “Memahami Ilmu Komunikasi.” Tanjungbalai Asahan Dirjen Imigrasi 4 atau dari satu segmen masyarakat ke masyarakat lainnya. Para ilmuwan politik dan ekonomi telah megakui bahwa berbagai tipe komunikasi memberikan keteraturan dalam susunan sosial. Di bawah dorongan teknologi baru, khususnya komputer dengan kecepatan tinggi, para ahli matematika dan insinyur telah mencuba menentukan dan mengukur komponen-komponen dari informasi yang diomunikasikan dan mengembangkan metode-metode untuk memindahkan berbagai tipe pesan ke dalam bentuk kuantitas atau jumlah, baik prosedur maupun instrumennya. Begitu pula sejumlah frase pertanyan yang berbeda telah dikemukakan oleh para seniman, arsitek, tukang kayu dan besi, dan berbagai minat yang tampaknya dipengaruhi oleh berbagai tipe komunikasi. Beberapa peneliti, bekerja dengan perhatian yang relevan dengan disiplin ilmunya, juga menggemari teori-teori atau hukum keilmuan yang berkaitan dengan komunikasi. Dekade 1960-an, seorang guru berkebangsaan Kanada, Marshall McLuhan, menjelaskan minatnya dalam lapangan komunikasi untuk melihat apa yang diasosiasikan dengan psikologi kontemporer dan fenomena sosiologi, dengan media yang dipakai pada kebudayaan modern. McLuhan selalu mengulang gagasan, “medium adalah pesan,” yang merangsang para pembuat film, fotografer, seniman dan lainnya, yang mengadopsi gagsan McLuhan bahwa masyarakat kontemporer telah bergerak atau sedang bergerak dari sebuah “print culture” kebudayaan yang dicetak kepada “visual culture” kebudayaan visual atau tampak. Bentuk-bentuk kebudayaan yang sangat dipengaruhi gagasan MacLuhan dan para pengikutnya selalu dihubungkan dengan peralatan teknologi — seperti gambar bergerak, televisi, dan rekaman suara. Di akhir abad ke-20 fokus dan perhatian utama dalam komunikasi, yang menurut gagasan McLuhan meliputi 1 industri komunikasi massa, masyarakat yang melakukannya, dan akibat-akibat yang timbul bagi audiensnya, 2 komunikasi persuasif dan penggunaan teknologi untuk mempengaruhi keberadaan manusia; 3 proses komunikasi interpersonal sebagai mediator informasi; 4 dinamika lisan dan bukan lisan dan kemungkinan-kemungkinan ekstrasensori dalam komunikasi antara individu; 5 persepsi berbagai jenis komunikasi; 6 penggunaan teknologi komunikasi untuk tujuan-tujuan sosial dan kesenian artistik, termasuk pendidikan di dalam dan luar sekolah, dan 7 perkembangan kritik yang relevan untuk bakat artistik dalam teknologi komunikasi modern. Jadi bisa disimpulkan bahwa sebuah kemahiran dalam mengkaji komunikasi bisa berorientasi kepada sejumlah disiplin ilmu. Disiplin ini bekerja pada tahapan lapangan dan analisis sekaligus, dan ke masa depan menuju ke arah multdisiplin dan interdisiplin Encyclopedia Brittanica, 2007. Kategori Definisi Komunikasi Mulyana 200561-69 mengkategorikan definisi-definisi tentang komunikasi yang berbagai-bagai tersebut, ke dalam tiga kumpulan konsepsional, seperti uraian berikut A Definisi komunikasi sebagai tindakan satu arah. Sebuah komunikasi bisa difahami sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang atau lembaga kepada seseorang sekelompok orang lain, baik secara langsung bertatap muka maupun melalui media, seperti surat selebaran, koran, majalah, radio, atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses sejarah, sebenarnya kurang sesuai jika digunakan pada komunikasi bertatap muka. Namun tidaklah salah jika digunakan untuk komunikasi publik seperti berpidato yang tidak melibatkan tanya jawab. Definisi seperti ini mengisyaratkan bahwa komunikasi adalah aktivitas yang secara sengaja dilakukan seseorang dalam bentuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons orang lain. Komunikasi dianggap satu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan, untuk memenuhi keperluan komunikator. Misalnya menjelaskan sesuatu perkara kepada orang lain, atau memujuk untuk melakukan sesuatu. Contoh definisi komunikasi dalam konseptual tindakan satu tujuan yang dikemukakan para pakar komunikasi adalah sebagai berikut. 1 Menurut Everet M. Rogers komunikasi adalah proses bilamana sesebuah ide dialihkan dari sumber kepada seorang atau lebih penerima, dengan arah tujuan untuk mengubah tingkah laku. 2 Gerald R. Miller menyatakan bahwa komunikasi terjadi ketika sebuah sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima yang terlibat. 3 adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya ceritera, tidak terikat oleh waktu dan ruang. Parafrase pengertian tiga bentuk cerita rakyat ini lihat Danandjaja 198450-51. Muhammad Takari, 2019. “Memahami Ilmu Komunikasi.” Tanjungbalai Asahan Dirjen Imigrasi 5 Menurut Carld R. Miller komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang komunikator menyampaikan rangsangan umumnya lambang-lambang verbal untuk mengubah perilaku orang lain komunkate. 4 Theodore M. Newcomb menyatakan bahwa Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai satu transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan yang diskriminatif dari sumber kepada penerima. B Definisi komunikasi sebagai interaksi. Pandangan ini mempersamakan komunikasi dengan sebuah proses sebab dan akibat atau aksi dan reaksi, yang arahnya saling bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, sama ada lisan atau bukan lisan. Selepas itu, seorang penerima komunikasi bereaksi dengan memberi jawaban lisan atau bukan lisan, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima inforamsi balasan atau tindak balasan dari orang kedua, dan begitu seterusnya. Contoh definisi komunikasi sebagai interaksi ini, adalah Shanon dan Weaver dalam Wiryanto, 2004, yang menyatakan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain, sama ada sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas kepada bentuk komunikasi lisan sahaja, tetapi juga melalui ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. C Definisi komunikasi sebagai transaksi. Definisi ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamik, yang secara berkelanjutan mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Berasaskan konsep ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dipandang sebagai komunikator, yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap masa mereka bertukar pesan lisan dan bukan lisan. Beberapa definisi komunikasi yang sesuai dengan konsep transaksi adalah sebagai berikut. 1 Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss menyatakan bahwa komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih. 2 Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna. 3 William I. Gordon menyatakan bahwa komunikasi adalah sebuah transaksi dinamik yang membabitkan gagasan dan perasaan. 4 Donald Byker dan Loren J. Anderson menyatakan bahwa komunikasi adalah proses berbahagi informasi di antara dua orang atau lebih. Demikian uraian tentang definisi dan konsep komunikasi. Seterusnya dikaji tentang konsep fungsi komunikasi. Bagan1 Peristiwa Komunikasi Fungsi-fungsi Komunikasi Fungsi komunikasi memperlihatkan arus gerakan yang seiring dengan perkembangan masyarakat atau individu. Komunikasi berfungsi berdasarkan keperluan pengguna atau individu yang berinteraksi. Oleh karena itu fungsi komunikasi bisa dikaitkan dengan ekspresi emosi, arahan, rujukan, puitis, fatik, dan metalinguitik yang berkaitan dengan bahasa Kob 199116. Secara umum fungsi komunikasi terdiri dari empat kategori utama, yaitu 1 fungsi Muhammad Takari, 2019. “Memahami Ilmu Komunikasi.” Tanjungbalai Asahan Dirjen Imigrasi 6 memberitahu, 2 fungsi mendidik, 3 memujuk khalayak mengubah pandangan, dan 4 untuk menghibur orang lain Kob dalam Saluddin, 2004. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan para pakar komunikasi, mereka mengemukakan fungsi kounikasi yang berbeda-beda, meskipun adakalanya terdapat kesamaan dan tumpang tindih antara berbagai pendapat tersebut. Penulis akan mengulas fungsi komunikasi berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, seperti berikut. Menurut seorang pakar komunikasi dari Indonesia, Mulyana 200012-54 komunikasi memiliki empat fungsi. 1 Fungsi komunikasi sebagai ekspresi eksistensi sosial. Fungsi ini mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari ketegangan dan tekanan sosial dan psikologis. Dalam konteks ini, komunikasi berfungsi sebagai pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bisa kita perolehi melalui informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Aspek-aspek konsep diri seperti jenis kelamin, agama, etnik, pendidikan, pengalaman, rupa fisik, kita temui pada diri kita melalui tindak balasan feed back orang lain komunikan dalam masyarakat yang menyatakan aspek-aspek itu, yang dilakukan melalui komunikasi. Selain itu, komunikasi berfungsi sebagai pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menyatakan dirinya ada. Bila kita berdiam diri, maka orang lain akan memperlakukan kita seolah-olah kita tidak ada. Pengamatan dalam ilmu komunikasi juga menunjukkan bahwa bila seorang anggota diskusi tidak berbicara sama sekali, orang lain segera beranggapan bahwa si pendiam itu tidak ada sama sekali. Mereka tidak meminta si pendiam itu memberi ulasan atau berbicara kepadanya. Bila kemudian si pendiam itu memutuskan berbicara, mereka memperhatikan dengan sedikit perhatian saja. Mereka menganggap si pendiam itu tidak berbicara. Respons kelompok yang demikian mungkin tidak akan terjadi bila sejak awal si pendiam membuat komentar dalam diskusi dan juga menggunakan pembicaraan untuk menyatakan eksistensi dirinya. Fungsi komunikasi juga adalah untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan. Sejak lahir manusia tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidupnya. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi keinginan biologis, seperti makan dan minum, dan juga untuk keperluan psikologis, seperti kesuksesan dan kebahagiaan. Melalui komunikasi pula kita bisa memenuhi keinginan sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan iri hati, dan kebencian. Melalui komunikasi kita bisa memenuhi berbagai kualitas perasaan itu dan membandingkan antara perasaan yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa ia dilakukan untuk pemenuhan kehendak diri untuk merasa terhibur, nyaman, dan tenteram dengan diri sendiri dan orang lain. Dua orang dapat berbicara berjam-jam dengan topik yang berganti-ganti tanpa mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pesan yang mereka tukarkan mungkin hal yang remeh-temeh namun mereka merasa senang. 2 Fungsi komunikasi sebagai sarana ekspresif. Erat kaitannya dengan fungsi komunikasi sebagai ekspresi sosial adalah komunikasi sebagai sarana ekspresif yang dapat dilakukan sendirian atau berkelompok. Komunikasi ekspresif tidak langsung bertujuan mempengaruhi orang lain, namun bisa diketahui sejauh komunikasi itu adalah wahana untuk menyampaikan perasaan emosi. Emosi dikomunikasikan melalui berbagai pesan bukan lisan. Perasaan senang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, duka, takut, geram, prihatin, marah dan benci bisa pula disampaikan melalui kata-kata, namun terutama dilakukan melalui komunikasi bukan lisan. Emosi juga dapat disalurklan melalui puisi, lagu, tarian, lukisan, pemberian bunga, drama, dan lainnya. Dalam fungsi ini, sistem estetika dalam sebuah masyarakat yang juga didukung oleh seniman dan filsuf secara individu juga bisa diekspresikan. Sistem estetika ini ada yang diekspresikan dan dikonsepkan dengan sangat rumit dan memiliki hukum-hukum dalaman dan luaran, namun ada pula yang dikonsepkan dan diekspresikan dengan sangat sederhana. 3 Fungsi komunikasi sebagai sarana ritual. Komunikasi sebagai sarana sosial biasanya dilakukan secara kolektif. Sebuah komunitas sering melakukan upacara-upacara berlaku sepanjang tahun dan sepanjang hidup yang oleh para pakar antropologi disebut rites de Muhammad Takari, 2019. “Memahami Ilmu Komunikasi.” Tanjungbalai Asahan Dirjen Imigrasi 7 passages. Mulai dari upacara kelahiran, khitanan, ulang tahun, pertunangan, pernikahan, ulang tahun perkawinan, hingga upacara kematian. Kini aktivitas olahraga pun menjadi komunikasi ritual, seperti Olimpiade, SEA Games, Asian Games, World Cup, Copa Amerika dan lainnya. Dalam upacara terdapat komunikasi lisan dan bukan lisan. 4 Fungsi komunikasi sebagai sarana instrumental. Dalam fungsi ini komunikasi mempunyai beberapa tujuan umum menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, mengubah perilaku, menggerakkan tindakan dan untuk menghibur. Kesemuanya tersebut fungsi tersebut pada prinsipnya adalah memujuk persuasif. Komunikasi yang bertujuan menerangkan to inform juga mengandung muatan persuasif dalam erti pembicara ingin pandangannya dipercayai, informasinya akurat dan layak diketahui. Komunikasi menghibur pun adalah bertujuan memujuk khalayak melupakan persoalan hidup yang merupakan tekanan sosialnya. Bagan 2 Fungsi Komunikasi Komunikasi Lisan Perbedaan penting antara komunikasi bukan lisan dan komunikasi lisan adalah lebih kepada masalah peringkat dibandingkan jenisnya. Tanda, signal, simbol dan ikon bisa saja pada suatu masa diverbalisasi, meskipun sebahagian besar masyarakat cenderung untuk menampilkannya dalam bentuk visual yang memiliki makna-makna ekspresi. Kinesiks dan proksemiks juga melibatkan vokalisasi sebagai pengiring fenomena komunikasi bukan lisan atau seuatu yang integral dengannya. Komunikasi lisan itu mereka persembahkan dalam bentuk meracau mengomel, kata-kata atau kalimat. Mereka memungsikan-nya untuk membantu ke komunikasi lebih jauh, yang biasanya secara fundamental adalah dalam bentuk komunikasi bukan lisan. Bagaimanapun bahasa memainkan peranan penting dalam dunia komunikasi. Ini juga didukung oleh kenyataan bahwa manusia lahir dianugerahi insting untuk berbahasa. Fenomena ini didukung pula oleh bayi bisa menangis tanpa diberi ajaran, dan bayi juga bisa melakukan vokal yang masih kasar. Beberapa ahli antropologi menyatakan bahwa dengan vokabuler kinesiks dan proksemiks, maka manusia membangun suatu bahasa. Masyarakat primitif misalnya membuat berbagai-bagai penemuan asli, termasuk bahasa, sebagai sebuah hasil keinginan untuk berkomunikasi sesamanya dalam konteks mempersatukan sumber-sumber intelektual dan fisiknya. Para peneliti lainnya mendukung adanya asal-usul yang sama Muhammad Takari, 2019. “Memahami Ilmu Komunikasi.” Tanjungbalai Asahan Dirjen Imigrasi 8 mengenai bahasa, termasuk vokalisasi dan aktivitas fisik, peniruan suara-suara alam, dan menyanyikan lagu-lagu. Pada dasawarsa 1920-an dua orang ahli antropologi dan linguistik Amerika Serikat, Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf memusatkan perhatian dengan menggunakan metode ekspresi yang ditemui di berbagai kebudayaan. Keduanya mendeskripsikan ciri-ciri utama dari bahasa yang terdapat pada masyarakat primitif. Keduanya juga melakukan penelitian yang penting mengenai bahasa ini. Kemudian keduanya menyatakan bahwa bahasa merefleksikan pandangan hidup dan mencerminkan sistem nilai setiap kebudayaan. Dengan demikian bahasa dapat dikatakan merefleksikan kebudayaan, atau dalam kata lain, masyarakat menemukan sendiri tata caranya untuk mengatakan apa yang ingin mereka katakan Encyclopedia Brittanica, 2007. Bagan 2 Komunikasi Lisan Bahasa juga memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Berbagai penelitian bahasa menemukan bahwa beberapa pengetahuan tentang bahasa dapat dipakai kepada berbagai kumpulan manusia tanpa modifikasi, artinya sebuah bahasa yang memiliki rumpun yang sama dengan bahasa lain, penggunanya dapat saling berkomunikasi, namun biasanya dengan menggunakan komunikasi bukan lisan atau nonverbal lainnya. Misalnya seorang pelajar antropologi linguistik bisa saja mendeskripsikan secara memadai dalam bahasa Inggris mengenai proposisi linguistik esoteris pada masyarakat primitif, namun juga ia bisa mendeskripsikan secara terperinci teknlogi dalam budaya Barat kepada orang lain. Pengetahuan seperti artifak dan bahasa dapat dipandang sebagai saluran universal dalam rangka hubungan antar manusia. Bahasa bagaimanapun dapat diklasifikasikan kepada empat kriteria fungsi, yaitu fungsi sebagai dasar informasi, fungsinya yang dinamik, fungsi emotif, dan fungsi estetika. Komunikasi informatif biasanya berkaitan dengan naratif aspek makna, fungsi dinamik bahasa berkaitan dengan transaksi disposisi seperti opini dan perilaku, fungsi emotif melibatkan ekspresi perasaan yang menyebabkan berbagai tindakan, dan fungsi estetis biasanya dihubungkan dengan kualitas puitika dalam berbahasa, gaya ekspresi berbahasa, dan lainnya. Bahasa memiliki hubungan dengan salah satu ekspresi manusia yaitu ketawa. Meskipun sebilangan besar vokal suara selain kata-kata biasanya dipandang sebagai bahagian dari pralinguistik, fenomena ketawa sebagai bentuk komunikasi adalah sebuah kategori tersendiri, yang biasanya dilawankan maknanya dengan menangis. Pakar etnologi abad ke-20, seperti Konrad Lorenz, berusaha untuk menghubungkan ketawa manusia dengan perilaku kelompok haiwan. Sementara itu ahli neurologi berkebangsaan Austria, Sigmund Freud manyatakan Muhammad Takari, 2019. “Memahami Ilmu Komunikasi.” Tanjungbalai Asahan Dirjen Imigrasi 9 bahwa ketawa adalah hasil dari atau berhubungan dengan pengenduran atau relaksasi dari ketegangan Encyclopedia Brittanica, 2007. Kemampuan berkomunikasi adalah pencapaian manusia yang paling berharga karena membuat manusia dapat berhubungan di antara satu dengan lainnya. Tanpa kebisaan ini bisa dibayangkan kesukaran yang dihadapi manusia untuk berhubung di antara satu dengan yang lain. Alat komunikasi yang paling dasar ialah bahasa. Melalui bahasa, manusia berhubung secara pertuturan dan tulisan. Kebisaan berbahasa membedakan manusia dengan makhluk-makhluk yang lain. Menurut seorang ahli filsafat Jerman, Jaspers, kebisaan berkomunikasi melalui bahasa merupakan pencapaian manusia yang paling agung di dunia Saluddin, 200490. Dalam konteks seni pertunjukan Melayu misalnya, komunikasi lisan umumnya disajikan melalui nada, melodi, ritma, dan sejenisnya. Artinya ia sering diberikan gaya. Namun adakalanya ia juga dipersembahkan sesuai dengan bahasa sehari-hari. Hal ini dilakukan Menurut konteks seni persembahan yang dilibatkannya. Komunikasi lisan yang disajikan melalui melodi, biasanya akan Menuruti ulangan-ulangan bentuk melodi musik. Komunikasi lisan yang disajikan dalam bentuk pantun akan Menuruti aturan-aturan sebuah pantun, yaitu adanya pembayang dan maksud, yang masing-masing terdiri dari dua baris. Untuk teks yang menggunakan melodi, maka untuk dapat mengikuti panjang atau pendeknya melodi sering pula menambahi partikel-partikel atau suku kata di tempat-tempat tertentu dalam lirik lagu. Atau untuk memperpendek kata sesuai dengan melodi maka di antaranya adalah dengan mengucapkan suku kata tertentu sahaja dalam kata-kata. Tidak jarang pula komunikasi lisan dalam seni pertunjukan Melayu, dipergunakan untuk mendeskripsikan sesuatu keadaan di suatu tempat dan masa tertentu. Misalnya dalam teater wayang kulit dipergunakan tuk maha siku dalang untuk mendeskripsikan cerita atau keadaan sesebuah negeri yang menjadi tempat cerita yang dilakukan tersebut. Komunikasi lisan ini sering dipergunakan pada bagian prolog maupun epilog. Komunikasi Bukan Lisan Dalam proses komunikasi, biasanya menyampaikan sesebuah utusan melalui pertuturan atau tulisan. Ketika menyampaikan utusan tersebut, adakalanya kita meninggikan suara, mengorak senyuman ataupun menggunakan kedua belah tangan di pinggang. Adakalanya, hanya melambaikan tangan untuk memanggil adik, menunjukkan kepalan tangan kepada seorang rekan yang telah menyakiti hati ataupun hanya bermuram muka apabila menerima berita sedih. Walaupun nada suara, air muka atau isyarat tangan bukan merupakan satu kaedah menyampaikan utusan yang lazim seperti pertuturan atau tulisan, perbuatan ini ialah suatu aspek komunikasi yang penting Saluddin, 200492. Dalam komunikasi, nada suara, corak air muka, isyarat tangan dan isyarat-isyarat lain yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu maksud digolongkan sebagai komunikasi bukan lisan nonverbal communication. Komunikasi tanpa lisan ialah suatu aspek komunikasi yang penting. Secara tersendiri, komunikasi tanpa lisan bisa menggambarkan emosi, personaliti, tujuan dan juga status sosial seseorang individu. Jika digemblengkan bersama komunikasi lisan dan komunikasi bukan lisan mempunyai kemungkinan untuk meningkatkan keberkesanan penyampaian sesuatu utusan Rahim, 199392. Komunikasi bukan lisan merupakan tingkah laku yang simbolik tanpa tindakan dan tindak balas yang dipamerkan atau dilakukan oleh individu yang bisa dimengerti dan difahami oleh orang lain. Menurut Mc Auley sebahagian dari tingkah laku bukan lisan adalah bersifat naluri, manakala sebahagiannya diajarkan, manakala sebahagiannya ditiru saja Mc Auley, 199223. Sungguhpun terdapat perbedaan makna antara satu budaya dengan budaya yang lain di kalangan sebuah keluarga dengan keluarga lain tentang komunikasi bukan lisan ini, namun tidak dapat dinafikan wujud juga ciri-ciri yang bersifat universal. Petunjuk-petunjuk bukan lisan dapat dipahami dan ditafsirkan maknanya oleh pemerhati dari gerak dan orientasi badan, air muka, dan tingkah laku mata. Ekspresi anggota badan dapat memberi pesan kepada pemerhati Saluddin, 200493. Muhammad Takari, 2019. “Memahami Ilmu Komunikasi.” Tanjungbalai Asahan Dirjen Imigrasi 10 Hall menganggap bahwa komunikasi bukan lisan adalah sebagai komunikasi senyap atau dimensi tersembunyi. Pesan komunikasi bukan lisan dihantarkan melalui isyarat tangan, pergerakan badan, kinesik kesenyapan, jarak dan pergerakan mata. Meskipun komunikasi bukan lisan bersifat senyap tetapi ia merupakan iringan ujaran verbal yang amat berkesan Hall, 195925. Komunikasi bukan lisan menjadi sebahagian dari sistem, perlakuan dan komunikasi yang dipelajari. Dalam hal ini, komunikasi bukan lisan dapat dikatakan sebagai bentuk komunikasi manusia yang paling asas dan mudah diterima. Komunikasi bukan lisan ini merupakan bahasa yang dipraktikkan ketika kata-kata tidak cukup dan tiada berupaya menyampaikan hasrat yang diingini. Istilah komunikasi bukan lisan harus ditujukan untuk tingkah laku dan simbol-simbol budaya lain serta tanda yang berfungsi untuk menyampaikan pengerrtian budaya yang spesifik supaya dapat difahami dan dikongsi oleh mereka yang berada dalam kumpulan budaya yang sama. Damen lebih lanjut berpendapat bahwa konsep tingkah laku kinesik mendukung maksud pergerakan anggota badan manusia secara sistematik dan membawa tanda komunikasi. Menurut peraturan kinesiks clues, misalnya pergerakan badan yang menunjukkan hubungan antara tudingan jari dengan gelengan kepala menjadi lebih bermakna sekiranya gerakan itu mempunyai maksud tertentu. Whistel 1970972 pula menjelaskan bahwa tingkah laku kinesiks atau pergerakan badan termasuk juga mood dan kod komunikasi yang ekstensif adalah meliputi pergerakan seluruh bahagian badan, ekspresi wajah, pergerakan mata, pergerakan kepala, posisi badan dan pergerakan tangan. Morain 19781-23 menjelaskan bahwa elemen-elemen yang terkandung dalam komunikasi bukan lisan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu seperti yang diperturunkan berikut ini. a Bahasa badan yang mencakupi pergerakan, gerak-gerik, posisi badan, ekspresi wajah, renungan, sentuhan dan jarak. b Bahasa objek yang termasuk penggunaan corak, syarat, barang buatan manusia, pakaian dan hiasan pribadi untuk berinteraksi dengan orang lain. c Bahasa persekitaran lingkungan yang terdiri dari aspek-aspek warna, pencahayaan, seni bina, ruang, arah dan lingkungan alami. Aspek-aspek komunikasi bukan lisan seperti tersebut di atas memainkan peranan utama dalam sesebuah seni persembahan Melayu. Komunikasi bukan lisan ini terdapat sama ada dalam bidang musik atau bunyian, tarian serta teater. Dalam bidang muzik dipergunakan bunyi-bunyian yang merangkumi dimensi ruang dan waktu. Di sisi lain dalam tarian dipergunakan dimensi ruang, waktu dan tenaga. Sementara itu dalam teater dipergunakan keseluruhan unsur komunikasi, baik itu lisan atau bukan lisan yang mencakup seperti mimesis alam sekitar, busana, warna, gerak-geri, mimik muka dan lain-lainnya. Menurut Encyclopedia Brittanica 2007 ada enam komponen yang mendukung komunikasi bukan lisan, iaiu a signal, b tanda sign, dan c simbol atau lambang, d ikon, e gestur dan f proksemiks. Kesemuanya saling berhubungkait ketika proses komunikasi terjadi pada semua kebudayaan manusia. a Signal dapat dipandang sebagai sebuah interupsi di dalam sebuah lapangan transfer energi yang konstan. Sebagai contoh titik-titik dan garis terputus-putus, yang merupakan bentuk dari terbuka dan tertutupnya bidang elektromegnetik pada sirkuit telegraf. Interupsi penyelangan masa seperti itu tidak memerlukan konstruksi lapangan yang dibuat manusia; interupsi di alam misalnya desis pensil yang dituliskan pada kertas dalam ruang yang sunyi, atau suara kawah gunung berapi dapat memproduksi hasil yang sama berupa signal. Fungsi asas dari signal seperti itu adalah untuk melengkapi atau memberi perubahan terhadap faktor sebuah lingkungan alam untuk menarik perhatian dan mentrasfer makna. Sebuah sistem kode code yang berhubungan dengan interupsi kepada beberapa bentuk makna bahasa bisa dengan mudah membangun sesebuah vokabulari titik-titik yang kasar, garis-garis putus atau unsur audio dan artikulasi visual lainnya. Dengan demikian, berbagai interupsi memiliki makna yang penting, walau sekecil apapun, misalnya saja kehadiran seseorang di ruangan, tampak ia tidak sabar, setuju atau tak setuju dengan aspek lingkungan di ruangan, atau dia melakukan kritik terhadap situasi yang ada. Pengkodean yang merujuk kepada bahasa atau tulisan, sangat potensial untuk mengkomunikasikan berbagai gagasan. Muhammad Takari, 2019. “Memahami Ilmu Komunikasi.” Tanjungbalai Asahan Dirjen Imigrasi 11 b Sementara itu sign tanda biasanya kurang mengandung tujuan untuk mengembangkan kata-kata dibandingkan signal. Sebagian besar tanda ini berisikan jumlah makna yang lebih besar dibandingkan signal. Ashley Montagu seorang pakar antropologi, mendefinisikan tanda sign sebagi sebuah concrete denoter penunjuk konkrit yang mempunyai makna khas yang inheren, yang secara kasar memiliki analogi dengan kalimat berikut “Inilah dia, lakukanlah sesuatu terhadapnya!” Sign yang paling umum yang bisa kita jumpai sehari-hari dalam kehidupan ini adalah lukisan atau gambar, meskipun tubuh manusia seperti mengepalkan tinju, meregangkan lengan dan menggerakan tangan untuk memberhentikan, juga dapat dipandang sebagai sign. Perbedaan utama antara sign dan signal adalah bahwa sign seperti lencana polis terdiri dari makna-makna yang intrinsik; sedangkan signal seperti teriakan meminta tolong adalah lebih membentuk formula makna-makna ekstrinsik. Perbedaan-perbedaan itu selalu diilustrasikan oleh pengamatan terhadap berbagai tipe haiwan yang merespons signal ketika para pelatih atau pawang melatih haiwan biasanya anjing atau lumba-lumba. Semua kebudayaan masyarakat manusia di dunia menggunakan sign untuk menympaikan pesan sederhana. Makna sign dapat bergantung dari bentuk, susunan, warna atau lokasinya. Di Amerika Syarikat, tanda-tanda trafik, uniform, lencana badge dan gunting pangkas rambut mengandungi aspek-aspek tanda tersebut. Ringkasnya, berbagai leksikon tanda membentuk vokabulari yang kaya untuk mewarnai dunia komunikasi Encyclopedia Brittanica, 2007. c Kemudian unsur komunikasi bukan lisan yang ketiga adalah simbol atau lambang. Simbol ini yang paling sulit utuk didefinisikan, sebab tidak sama seperti signal atau tanda, simbol sangat tergantung kepada persepsi individu atau kumpulan manusia terhadap dunia. Simbol ini hadir untuk mengisi kapasiti pengetahuan manusia yang abstrak sebagai salah satu fungsi simbol, untuk mendefinisikan simbol dalam konteks yang lebih nyata. Simbol bisa didefinisikan sebagai sarana device yang dapat membuat abstraksi. Berbagai abstraksi dari nilai-nilai yang diserap dan difikirkan masyarakat, merupakan denyut dari simbolisme. Dalam prosesnya, selari dengan pendapat filsuf British, Alfred North Whitehead, bahwa berbagai komponen minda manusia mengalami kesedaran, kepercayaan, emosi dan menggunakan berbagai komponen pengalaman hidupnya. Menurut Whitehead simbol adalah analogi atau metafora yang bisa sahaja ditulis atau diucapkan atau juga berupa objek-objek visual yang membetuk berbagai kualitas nyata, kemudian membuatnya menjadi penting atau bernilai, melalui simbolisasi itu sendiri. Setiap masyarakat di dunia ini memiliki sistem simbolya sendiri. Setiap sistem simbol merefleksikan logika kebudayaan yang spesifik. Setiap simbol berfungsi untuk mengkomunikasikan informasi antara anggota masyarakat dalam kebudayaan itu utuk menafsirkannya secara sama. Ini lebih dalam maknanya dibandingkan dengan komunikasi melalui bahasa konvensioanl. Contoh-contoh simbol adalah cincin kahwin, lukisan totem, tattoo dan lainnya. d Ikon, adalah sekelompok aspek komunikasi yang berhubungan atau tidak berhubungan dengan simbol. Ikon ini merupakan sekumpulan simbol interaktif, seperti Gedung Putih di Washington, sebuah upacara penguburan atau lukisan yang dihasilkan oleh seorang pelukis beraliran impresionisme. Walaupun dalam contoh-contoh tersebut ada kecenderungan untuk memisahkan ikon dengan simbol-simbol individual, namun komunikasi simbolik biasanya berhubungan dengan semua bentuk aktivitas manusia, yang biasanya secara tidak disedari dan dipergunakan oleh sebilangan besar masyarakat sebagai aspek paling penting dalam komunikasi. Dengan pengakuan dan penghargaan bahwa bahasa, tulisan, bilangan adalah sebagai penyusun metafora simbolik, yang juga memiliki peranan dalam dunia sains, matematika, sastra, dan seni. e Gestur. Para aktor dan penari profesional mengetahui bahwa sejak zaman antik gestur tubuh bisa menghasilkan vokabulari komunikasi, dengan penekanan yang berbeda-beda untuk setiap kebudayaan. Beberapa ilmuwan Amerika Syarikat mencuba mengembangkan vokabulari bahasa tubuh body language, yang disebut kinesiks. Hasil penelitian mereka adalah bahwa gestur dalam kebudayaan Amerika telah dikenalkan secara terperinci oleh François Delsarte, seorang guru pantomim dan senaman gimnastik dari Perancis abad ke-19, Muhammad Takari, 2019. “Memahami Ilmu Komunikasi.” Tanjungbalai Asahan Dirjen Imigrasi 12 yang mendeskripsikan bahasa yang kompleks melalui wajah dan posisi tubuh untuk tujuan teater. f Proksemiks, secara lebih umum, kepentingan kajian silang budaya adalah teori-teori yang melibatkan kajian proksemiks yang dikembangkan oleh pakar antropologi Amerika Serikat, Edward Hall. Proksemiks melibatkan cara bagaimana masyarakat dalam berbagai-bagai kebudayaan yang berbeda menggunakan waktu dan ruangnya, juga posisi tubuh dan faktor-faktor lain untuk tujuan komunikasi. Hall menunjukkan adanya bahasa diam “silent language” pada komunikasi bukan lisan, terdiri dari interaksi tertentu secara budaya, seperti jarak fizikal atau ketertutupan antar individu, respons tubuh, persepsi terhadap situasi sosial dan waktu, yang menghasilkan komunikasi dalam kondisi yang berbeda. Degan membandingkan pola-pola perilaku dari kelas sosial yang berbeda dan hubungan yang bervariasi, Hall mengelaborasi dan mengkodifikasikan sejumlah prinsip umum, yang mendemons-trasikan bagaimana jenis-jenis komunikasi bukan lisan terjadi. Kajian proksemiks melakukan apa yang jarang menjadi perhatian utama ahli bahasa dan simbol Encyclopedia Brittanica, 2007. Demikian konsep mengenai komunikasi dan aspek-aspek yang berhubungkait dengannya. Seterusnya dikaji definisi dan konsep seni persembahan, kerana lagu dan tari adalah termasuk ke dalam seni persembahan. Bagan 3 Komunikasi Bukan Lisan Penutup Demikian uraian secara sederhana apa itu komunikasi, bagaimana didekati dengan disiplin ilmu yang disebut komunikasi. Selain itu, komunikasi itu secara umum terdiri dari dua bentuk, yakni komunikasi lisan yang berdasar kepada bahasa dan komunikasi bukan lisan, yang bergantung kepada semua hal yang bukan bahasa. Komunikasi juga memiliki berbagai fungsi dalam kebudayaan manusia, seperti merubah pandangan, memujuk, hiburan, mendorong, mengajar mendidik, dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA Ajid Che Kob, Farid Mohd, dan Ramli Saleh, 1987. Pemakaian Kod dan Refleksi Sosial dalam Masyarakat Melayu. Kuala Lumpur Universiti Kebangsaan Malaysia. Ajid Che Kob, 2006. “Gah Bahasa dan Pelestarian Bahasa Melayu.” Kertas Kerja yang dibentangkan semasa Persidangan Antarabangsa Pengajian Melayu. Deddy Mulyana, 1988. Islam di Amerika Suka Duka Menegakkan Agama. Bandung Pustaka. Deddy Mulyana, 1999. Nuansa-nuansa Komunikasi Meneropong Politik dan Budaya Komunikasi Masyarakat Kontemporer. Bandung Rosdakarya. Muhammad Takari, 2019. “Memahami Ilmu Komunikasi.” Tanjungbalai Asahan Dirjen Imigrasi 13 Deddy Mulyana, 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung Remaja Rosdakarya DeFleur., Melvin L., 1985. Understanding Mass Communication. Boston Houghton Mifflin Company. Encyclopaedia Brittanica, 1997. London. Ensiklopedia Malaysiana. 1996. Kuala Lumpur Anzagain. Hall, 1968, A History of South-East Asia, St. Martin's Press, New York. Terjemahannya dalam bahasa Indonesia, Hall, Sejarah Asia Tenggara, 1988, diterjemahkan oleh Soewasha dan terjemahan disunting oleh M. Habib Mustopo, Surabaya Usaha Nasional. Hall, 1959. The Silent Language. Greenwich, Connecticut Fawcett. James Danandjaja, 1984. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta Grafiti Pers. John Locke, 1975. “An Essay Concerning Human Understanding,” suntingan Peter Nidditch, Oxford Clarendon Press. Kamus Am. 1995. Kuala Lumpur Fajar Bakti. Kamus Ensiklopedia. 1997. Kuala Lumpur Fajar bakti. Littlejohn, 1992. Theories of Human Communication. Ed ke-4. Belmont, California Wadsworth Publishing Company. Littlejohn, Stephen W., 2002. Theories of Human Communication. USA Wadsworth Group Locke, John, 1975. An Essay Concerning Human Understanding. New York Barnes Book. Malinowski, 1987. “Teori Fungsional dan Struktural,” dalam Teori Antroplologi I Koentjaraningrat ed., Jakarta Universitas Indonesia Press. Mc Kie, 1937. This was Singapore. London Robert Hole Ltd. Mc Quail, Denis, 1989. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Terj. Agus Dharma dan Aminuddin Ram. Jakarta Penerbit Erlangga. McQuail, Denis, 1987. Mass communication Theory An introduction. Cetak ulang. London Sage. Mohd Rosli bin Saludin, 2004. Teromba sebagai Alat Komunikasi dalam Kepimpinan Adat Perpatih. Kuala Lumpur Disertasi Jabatan Pengajian Media, Universiti Malaya. Muhd Mansur Abdullah, 1998. Kaunseling Teori, Proses dan Keadah. Kuala Lumpur Penerbit Fajar Bakti. Muhd Mansur Abdullah, 1998. Komunikasi dalam Pengurusan. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka. Onong U. Effendy, 1988. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remadja Rosdakarya, Bandung. Onong UChjana Effendy. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung Mandar Maju. Samsuddin A. Rahim. 1993. Komunikasi Asas. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka. Naquib Al-Attas, 1969. Preliminary Statement on General Theory of the Islamization of the Malay-Indonesia Archipelago. Kuala Lumpur Dewan Bahasa dan Pustaka. Syed Arbi Idid, 1976. A Content Analysis of Development News within and Outside Malaysia as Reported by Four of its English-language newspapers. Madison University Wisconsin. Ulack, Richard, 2007. Encyclopædia Britannica. Encyclopædia Britannica 2007 Ultimate Reference Suite. Chicago Encyclopædia Britannica. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Syed Arabi IdidXerographic copy of typescript. Thesis of Wisconsin, Madison. Includes bibliographical references leaves 80-85.Understanding Mass Communication. Boston Houghton Mifflin Company. Encyclopaedia Brittanica, 1997. London. Ensiklopedia MalaysianaDeddy MulyanaDeddy Mulyana, 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung Remaja Rosdakarya DeFleur., Melvin L., 1985. Understanding Mass Communication. Boston Houghton Mifflin Company. Encyclopaedia Brittanica, 1997. London. Ensiklopedia Malaysiana. 1996. Kuala Lumpur Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lainJames DanandjajaJames Danandjaja, 1984. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta Grafiti Lumpur Fajar BaktiKamus AmKamus Am. 1995. Kuala Lumpur Fajar Essay Concerning Human UnderstandingStephen W LittlejohnLittlejohn, Stephen W., 2002. Theories of Human Communication. USA Wadsworth Group Locke, John, 1975. An Essay Concerning Human Understanding. New York Barnes Book.
Tahun2017 Tentang Hari Sekolah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 Mengenai Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Poerwandari, K.E. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Edisi ke 3. Jakarta: LPSP3 UI. Rakhmat, Jalaludin. 2011. Psikologi Komunikasi.
DAFTARPUSTAKA Bungin Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya. Esron Aritonang Dkk. 2001. Pendampingan Komunikasi Pedesaan. Jakarta: Sekretariat Bina Desa Pada Tanggal 21 Februari 2016 Tentang Pemberdayaan Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Desa Pesanggrahan Di Kator Kepala
DaftarPustaka Asnawir dan Basysruddin Usman. 2002. Media pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press. Asnawi, Presepsi Mahasiswa terhadap Pemanfaatan Youtube dalam Pembelajaran Mata Kuliah Membaca, Volume 4, Nomor 3.Desember 2016. P-ISSN 2338-0446,.
DAFTARPUSTAKA Abiddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran.Jakarta: Kencana. 2010 Achmad Sunarto, dkk, Terjemah Shahih Bukhari, Semarang: CV. Asy
DAFTARPUSTAKA Buku Ali, Mohammad & Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara. Brannan, Tom. 1998. Pedoman Praktis untuk Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Cobley, Paul & Litza janz. 1999. tentang Perlindungan Anak ( Lembaran Negara Republik
. mt2k9th356.pages.dev/337mt2k9th356.pages.dev/896mt2k9th356.pages.dev/660mt2k9th356.pages.dev/716mt2k9th356.pages.dev/972mt2k9th356.pages.dev/586mt2k9th356.pages.dev/663mt2k9th356.pages.dev/51mt2k9th356.pages.dev/784mt2k9th356.pages.dev/525mt2k9th356.pages.dev/366mt2k9th356.pages.dev/765mt2k9th356.pages.dev/417mt2k9th356.pages.dev/491mt2k9th356.pages.dev/753
daftar pustaka tentang komunikasi